Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan bahwa pemerintah berharap Belanda dapat membantu Indonesia menghadapi persoalan diskriminasi minyak kelapa sawit di Eropa.
"Kita minta dukungan Belanda agar bisa menjadi salah satu negara yang membantu mengatasi diskriminasi minyak kelapa sawit," jelas Faizasyah usai menghadiri diskusi bertajuk "A Conservation with Prime Minister of the Netherlands Mark Rutte" di Le Meridien, Jakarta, pada Senin (7/10).
Salah satu bentuk dukungan yang sudah diberikan Belanda terkait pengelolaan minyak kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia adalah program pengembangan kapasitas bagi para petani sawit.
Faizasyah menyebut, di New York, Amerika Serikat, pada 26 September, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama tersebut.
"Jadi yang dilakukan Belanda adalah dalam konteks memastikan bahwa produk kelapa sawit kita yang masuk ke negara mereka berasal dari sumber yang berkelanjutan," jelas dia.
Dia menyebut, MoU yang disepakati antara Menlu Retno dengan pihak Belanda lebih memastikan bahwa produk kelapa sawit Indonesia bisa diterima oleh pasar Negeri Kincir Angin.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Eropa turun menjadi US$3 miliar pada 2018 dari US$3,5 miliar pada 2017. Belanda masuk ke dalam tiga negara tujuan utama ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dengan jumlah yang dikirim mencapai 1,2 juta ton pada 2018.