Taiwan pada Jumat (6/9) memperingatkan Kepulauan Solomon bahwa merapat ke China telah membuat sejumlah negara Pasifik terjebak dalam perangkap utang.
"Ekspansi China di Pasifik telah membuat banyak negara jatuh ke dalam perangkap utang," kata Joanne Ou, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan. "Infrastruktur menggiurkan yang dijanjikan China telah menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem lokal dan melanggar kedaulatan mereka."
Kepulauan Solomon dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan untuk selanjutnya merapat ke China.
Menurut anggota parlemen Kepulauan Solomon Peter Shanel Agovaka, Beijing menawarkan dana pembangunan sebagai ganti dana tahunan sebesar US$8,5 juta yang diberikan Taiwan.
Pergeseran kebijakan luar negeri, yang masih perlu diresmikan, itu akan menjadi hadiah bagi China di tengah kampanyenya untuk memudarkan pengaruh Taiwan, sebuah provinsi yang dicapnya pembangkang. Saat ini hanya 17 negara yang mengakui Taiwan.
Di lain sisi, itu akan memberikan pukulan baru bagi Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang akan kembali mencalonkan diri. Sejak menjabat pada 2016, Tsai telah kehilangan lima sekutu diplomatik.
China dan Taiwan telah lama saling tarik menarik pengaruh di Pasifik Selatan. Beberapa negara telah berpaling ke China demi keuntungan finansial.
Pasifik Selatan merupakan benteng diplomatik Taiwan, di mana hubungan formalnya dengan enam dari 16 negara membentuk lebih dari sepertiga dari total aliansinya. Solomon sendiri telah mengakui Taiwan sejak 1983.
Di tengah kabar ini, Taipei percaya diri bahwa hubungannya dengan Honiara akan stabil.
"Perwakilan dari masyarakat sipil sebagian besar mendukung mempertahankan hubungan resmi dengan Taiwan dan ragu atas peralihan ikatan," tutur Joanne. "Kami percaya pemerintah dan masyarakat Solomon waspada atas tipu daya, perilaku sombong dan tidak terpercaya China di komunitas internasional."
Kementerian Luar Negeri China sejauh ini menolak berkomentar lebih spesifik, kecuali mengatakan bahwa China bersedia menjalin hubungan dengan seluruh negara berdasarkan prinsip "Satu China".
Kantor berita Taiwan pada awal pekan ini melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Kepulauan Solomon Jeremiah Manele berencana untuk mengunjungi Taipei pada akhir pekan, sebuah langkah yang disebutnya sebagai indikator hubungan yang stabil antar kedua belah pihak.