close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
foto istimewa
icon caption
foto istimewa
Dunia
Kamis, 09 September 2021 11:32

Sorakan iringi pemindahan patung 'simbol rasisme' Robert E Lee

Ini momen penting dalam dorongan terbaru untuk menghapus patung-patung pemilik budak dan tokoh Konfederasi dari pandangan publik.
swipe

Kira-kira satu jam setelah para pekerja mengikat tali di sekitar patung Robert E Lee seberat 12 ton, kerumunan orang berkumpul di alas di Richmond, Virginia. Mereka bersorak dan bernyanyi saat monumen berusia 131 tahun untuk jenderal Konfederasi – pusat mitologi Perang Saudara dan ikonografi Lost Cause itu – disingkirkan.

Lost Cause of the Confederacy, atau hanya the Lost Cause, adalah ideologi negasionis pseudo-historis Amerika yang menganjurkan keyakinan bahwa penyebab Negara Konfederasi selama Perang Saudara Amerika adalah heroik, adil, dan tidak berpusat pada perbudakan. Ini adalah mitos atau mitologi.

Adegan di Virginia, yang pernah menjadi ibu kota Konfederasi yang berjuang untuk melestarikan perbudakan, menandai momen penting dalam dorongan terbaru untuk menghapus patung-patung pemilik budak dan tokoh Konfederasi dari pandangan publik menyusul protes keadilan rasial musim panas tahun lalu dan gelombang penyingkiran patun simbol rasisme di seluruh AS.

Jalan kota yang terkenal dengan ikon kekuatan putihnya tidak lagi menampilkan apapun.

Gubernur Virginia Ralph Northam mengumumkan rencana untuk menghapus patung Lee - patung Konfederasi terbesar yang masih berdiri di negara itu - pada 4 Juni tahun lalu, dan Mahkamah Agung negara bagian itu memihak keputusan itu.

Kerumunan meneriakkan "black lives matter" dan menyanyikan "Hei hei hei, selamat tinggal" saat derek mengangkat patung itu kemarin.

Para kru kemudian mulai menggergajinya menjadi beberapa bagian untuk mengangkutnya ke gudang.

Northam mengatakan menghapus patung yang menjulang tinggi - sosok perunggu enam lantai yang pertama kali didirikan pada tahun 1890 - "merupakan langkah penting.

"ini penting dalam menunjukkan siapa kita dan apa yang kita hargai sebagai persemakmuran. Monumen publik mencerminkan kisah yang kami pilih untuk diceritakan tentang siapa kami sebagai rakyat, ” katanya dalam sebuah pernyataan kemarin.

“Sudah waktunya untuk menampilkan sejarah sebagai sejarah, dan menggunakan peringatan publik untuk menghormati kebenaran penuh dan inklusif tentang siapa kita hari ini dan di masa depan.”(independent)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan