Iran mengatakan pada Senin (17/6), dalam waktu 10 hari, pihaknya akan melanggar pembatasan yang disepakati secara internasional soal stok uranium tingkat rendah.
Pengumuman tersebut datang di tengah ketegangan yang sudah tinggi dengan Amerika Serikat. Namun, Iran mengatakan negara-negara Eropa masih punya waktu untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang telah ditinggalkan AS.
Ketegangan AS-Iran memburuk menyusul tuduhan Washington bahwa Teheran mendalangi serangan terhadap dua tanker minyak di Teluk Oman pada Kamis lalu. Iran membantahnya.
"Kami telah meningkatkan pengayaan empat kali lipat dan bahkan meningkatkanya lagi baru-baru ini, jadi dalam 10 hari akan melampaui batas 300 kg," kata juru bicara Organisasi Energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi. "Masih ada waktu ... jika negara-negara Eropa ingin bertindak."
"Cadangan Iran meningkat setiap harinya dengan laju yang lebih cepat. Dan jika Eropa menilai penting untuk menjaga kesepakatan, mereka harus melakukan upaya terbaik ... Begitu mereka kembali pada komitmennya, semuanya akan kembali ke keadaan semula," imbuhnya.
Pada Mei, Teheran menuturkan akan mengurangi kepatuhan pada kesepakatan nuklir yang disepakati pada 2015. Langkah itu diambil sebagai bentuk protes atas keputusan AS yang secara sepihak keluar dari pakta tersebut dan menerapkan kembali sanksi-sanksi pada tahun lalu.
Kesepakatan nuklir mengharuskan Iran untuk mengekang kapasitas pengayaan uraniumnya untuk mencegah pengembangan bom nuklir. Sebagai imbalannya sebagian besar sanksi atas Iran dihapus.
Serangkaian inspeksi AS di bawah kesepakatan nuklir tersebut telah memverifikasi bahwa Iran memenuhi komitmennya.
Kesepakatan nuklir membatasi pengayaan uranium tingkat rendah pada angka 300 kg dengan kandungan uranium heksaflourida 3,67% atau itu setara dengan produksi selama 15 tahun.
Kamalvandi menambahkan, "Masih ada waktu bagi Eropa ... Tetapi mereka telah secara tidak langsung menyatakan ketidakmampuannya untuk bertindak."
Para penandantangan kesepakatan nuklir asal Eropa, Prancis, Inggris dan Jerman, telah menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan nuklir sebagai cara terbaik untuk membatasi uranium Iran.
Iran telah berulang klai mengkritik penundaan pembentukan mekanisme Eropa yang akan melindungi perdagangan dengan Iran dari sanksi AS. Itu merupakan upaya untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir.
AS meyakini bahwa Iran memiliki program senjata nuklir yang dilarang, namun Negeri Para Mullah itu telah berulang kali membantahnya.
Pada Minggu (16/6), Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan bahwa AS tidak ingin berperang dengan Iran tetapi akan mengambil setiap tindakan yang diperlukan, termasuk diplomasi, untuk menjamin navigasi yang aman di jalur pelayaran vital di Timur Tengah.
Badan Energi Atom Internasional menolak memberikan komentar. Ketuanya, Yukiya Amano, pekan lalu mengatakan bahwa dirinya mengkhawatirkan meningkatnya ketegangan terkait program nuklir. Dia berharap semua itu dapat diselesaikan dengan dialog.
Kementerian Luar Negeri China belum memberikan komentar. Demikian pula Kementerian Luar Negeri Inggris.
Adapun Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok mengungkapkan pada Senin bahwa Uni Eropa ingin tetap berpegang pada kesepakatan nuklir, dengan catatan Iran melakukan hal yang sama.
"Selama Iran memenuhi kriteria, kita harus tetap berpegang pada kesepakatan ini," kata Blok.