Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyurati Paus Fransiskus untuk mengeluh soal tekanan China, menyebut bahwa Beijing berupaya mengancam demokrasi dan kebebasan pulau itu.
Kantor Tsai menyebutkan, surat itu merupakan tanggapan bagi pesan Paus Fransiskus saat Hari Perdamaian Dunia pada 1 Januari.
Dalam surat yang dirilis kantor presiden pada Selasa (21/1), Tsai mengatakan bahwa dia berharap Taiwan dan China dapat mencari resolusi damai untuk menyelesaikan perbedaannya.
"Saat ini, dialog antara kedua pihak dipenuhi dengan kesulitan," tulis Tsai. "Poin utama adalah China sejauh ini tidak mau melepaskan keinginannya untuk mengendalikan Taiwan."
Dia menambahkan, "China membahayakan kebebasan demokrasi dan hak asasi manusia Taiwan lewat ancaman kekerasan, berita palsu, serangan siber, dan langkah-langkah diplomatik."
Namun, lanjut Tsai, terlepas dari tekanan besar dari Tiongkok, Taiwan terus bergerak maju dan bekerja sama dengan negara-negara yang menjunjung nilai-nilai serupa.
Vatikan adalah satu dari 15 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan dan satu-satunya sekutu mereka di Eropa. Namun, Taipei disebut mulai khawatir dengan kedekatan hubungan Vatikan dengan China, terutama setelah perjanjian pada 2018 tentang penunjukan uskup.
Pada 2018, Paus Fransiskus mengakui tujuh uskup yang ditunjuk otoritas Partai Komunis tanpa persetujuan Takhta Suci Vatikan. Banyak yang menilai Sri Paus mengambil langkah itu untuk membantu meredakan ketegangan antara kedua pihak.
Beijing memutuskan hubungan diplomatik dengan Vatikan pada 1951.
Dalam suratnya, Tsai menuturkan bahwa aktivitas militer China di Selat Taiwan baru-baru ini telah meningkatkan ketidakpercayaan internasional terhadap Tiongkok.
Tiongkok telah meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan sejak Tsai menjabat pada 2016. China meyakini Tsai menginginkan kemerdekaan formal untuk Taiwan.