close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Amsterdam, Belanda. / Pixabay
icon caption
Amsterdam, Belanda. / Pixabay
Dunia
Kamis, 21 Maret 2019 11:16

Tahun depan, tur berpemandu ke Distrik Lampu Merah Amsterdam dilarang

Amsterdam tidak melulu soal wisata syahwat di Distrik Lampu Merah, ada juga sejumlah situs abad pertengahan.
swipe

Otoritas Amsterdam, Belanda, melarang seluruh tur terorganisir ke Distrik Lampu Merah. Selain itu, mereka memberikan maksimum 15 peserta pada tur berpemandu ke sejumlah situs abad pertengahan.

Langkah itu merupakan yang terbaru dari serangkaian rencana untuk mengurangi gangguan di bagian tertua di kota itu hingga warga lokal beranggapan mustahil untuk tinggal di sana.

Larangan tur, dengan tema-tema seperti 'tour the red light with mistress Lola', akan mulai berlaku pada 1 Januari tahun depan dan mencakup penjelajahan pub dan tur terorganisir lainnya.

"Kami tidak menganggap pantas bagi wisatawan untuk melirik para pekerja seks dengan cara tidak menyenangkan," kata anggota dewan kota praja Udo Kock yang mengumumkan rencana tersebut. 

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 kelompok terorganisir menghabiskan waktu di Oudekerksplein, yang merupakan jantung Distrik Lampu Merah, setiap pekannya dengan puncaknya adalah pada sore hari.

Pejabat kota telah memperketat kontrol terhadap kelompok wisatawan di Distrik Lampu Merah selama satu tahun terakhir. Para pemandu sekarang membutuhkan surat-surat khusus, di mana ada batasan jumlah dan larangan tur pada larut malam.

"Pemandu di luar Distrik Lampu Merah sekarang juga harus mendapat izin," sebut para pejabat kota.

Langkah-langkah baru yang diperkenalkan di seluruh pusat kota juga termasuk larangan tur gratis dan pengenaan pajak turis atas harga tiket.

Ombudsman Amsterdam telah menerbitkan serangkaian rekomendasi untuk membersihkan kawasan tersebut.

Arre Zuurmond dari Ombudsman Amsterdam yang menghabiskan sejumlah waktunya untuk tinggal di distrik itu demi memetakan isu dengan lebih baik telah berbicara dengan lebih dari 100 penduduk setempat, petugas polisi, dan pejabat dewan untuk menyusun laporan terakhirnya setelah bergulir selama tiga tahun.

Selain terlalu banyaknya turis, Zuurmond mengidentifikasi gangguan lainnya yang perlu dikhawatirkan seperti sampah dan gangguan publik berupa tunawisma, pekerja seks, narkoba, dan infiltrasi kriminal.

"Tidak ada solusi sederhana untuk ini dan upaya diperlukan untuk mengembangkan visi jangka panjang untuk area tersebut," kata Zuurmond. "Namun dalam jangka pendek, ada sejumlah langkah yang bisa diambil."

Laporan yang disusun Zuurmond menyebutkan bahwa para petugas dapat menerapkan larangan makan dan minum di daerah-daerah tertentu untuk mengurangi sampah dan otoritas kota dapat menekan Schiphol untuk mengurangi jumlah penerbangan murah.

"Seharusnya ada lebih banyak pengawasan kamera untuk menindak pembuangan sampah, inspektur pemerintah harus memeriksa bar dan kafe di malam  maupun siang hari, dan lebih banyak yang harus dilakukan untuk membatasi masalah yang disebabkan oleh terlalu banyak taksi," ungkap laporan Zuurmond.

Soal narkoba, diperkirakan 300 pengedar narkoba mempromosikan dagangan mereka di distrik tersebut. "Itu perlu ditangani dan upaya harus dilakukan untuk mengubah reputasi Amsterdam sebagai ibu kota obat-obatan terlarang di Eropa ."

Laporan Zuurmond juga menyatakan, "Pemilik rumah bordil tidak jarang memiliki bar, Airbnb, dan toko-toko suvernir ... Mereka memiliki andil dalam seluruh rantai dan ini mengarah pada sirkulasi banyaknya uang gelap."

"Upaya ekonomi juga harus dilakukan untuk merumahkan kelompok yang terdiri dari 30 hingga 50 orang tunawisma yang tinggal di Distrik Lampu Merah, yang sering mabuk dan menyebabkan banyak masalah," kata ombudsman.

Wali Kota Amsterdam Femke Halsema, yang tahun lalu mengatakan bahwa memindahkan distrik lampu merah ke lokasi baru akan menjadi pilihan, menjelaskan dewan sudah mengambil langkah-langkah jangka pendek untuk memperbaiki situasi. Namun, dia setuju bahwa visi jangka panjang diperlukan.

"Di masa lalu daerah itu telah diatur sebagai 'zona ekonomi' bukan distrik budaya dan bersejarah," katanya. (Dutch News.nl)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan