Pemerintah Taiwan melalui Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan (TETO) menyerahkan bantuan dana sebesar US$500 ribu untuk korban bencana tsunami Selat Sunda.
Bantuan ini diserahkan langsung oleh Ketua TETO John Chen kepada Ketua Umum Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) Ginandjar Kartasasmita di Markas Pusat PMI, Jakarta, Selasa (22/1).
"Atas nama pemerintah Taiwan, saya menyumbangkan US$500 ribu kepada PMI dalam rangka kerja sama kemanusiaan untuk membangun kembali dan membantu korban tsunami Selat Sunda," tutur John.
John juga berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, pemerintah provinsi Banten, dan masyarakat sekitar yang membantu evakuasi lima warga negara Taiwan yang terjebak di daerah bencana.
"Mereka dibantu untuk keluar dan mendapatkan perawatan medis. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua kalangan yang ada di Indonesia yang telah membantu warga negara Taiwan tersebut," lanjutnya.
Ini bukan kali pertama Taiwan mengulurkan tangan untuk membantu korban bencana Indonesia. Pada 2018, Taiwan menyumbangkan US$250 ribu kepada PMI untuk disalurkan kepada korban bencana di Lombok, dan sebesar US$1 juta kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan PMI untuk korban bencana di Sulawesi Tengah.
Selain itu, Taiwan International Cooperation and Development Fund (ICDF) bekerja sama dengan organisasi World Vision dan Mercy Corps mendonasikan kurang lebih US$700 ribu untuk melaksanakan 'Program dukungan mata pencaharian di Sulawesi Tengah' dan 'Program bantuan Water and Sanitation Hygiene (WASH) di Sulawesi Tengah'.
"Sebagian besar sumbangan kita salurkan melalui PMI. Pengusaha dan masyarakat Taiwan yang tinggal di Indonesia juga secara aktif mengumpulkan dana. Mereka menyumbangkan Rp750 juta untuk Sulawesi Tengah," kata John. "Kini untuk tsunami Selat Sunda, Saya harap TETO dan PMI dapat bekerja sama untuk membantu rekonstruksi pascabencana di daerah agar warga yang terdampak dapat kembali ke kehidupan normal sesegera mungkin."
Mewakili PMI, Ginandjar menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan. Menurutnya, sumbangan dari TETO pada 2018 telah membantu kerja PMI, terutama saat status bencana di Lombok dan Sulawesi Tengah sudah tidak lagi dalam masa tanggap darurat.
"Kami sudah memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi. Banyak organisasi pemerintahan yang sudah pergi karena pemerintah sudah mengakhiri periode tanggap darurat," jelas Ginandjar.
Saat ini, pemerintah masih berusaha melakukan pemetaan untuk menentukan hunian para masyarakat yang terdampak bencana.
"Tapi PMI masih bertahan di sana. Masih banyak hal yang perlu dilakukan, pekerjaan ini tidak menjadi lebih mudah," ungkapnya.
Tsunami Selat Sunda melanda pada 22 Desember 2018. Data per Senin (21/1) yang PMI peroleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 437 orang meninggal, 9.601 luka-luka, 10 orang hilang, 1.614 rumah yang hancur, dan 36.923 korban pengungsi.
Untuk membantu korban bencana, Ginandjar menjelaskan sejauh ini PMI telah memberikan beberapa bantuan logistik di antaranya merupakan 350 selimut, 50 peralatan untuk bayi, 450 peralatan kebersihan, 50 peralatan masak, 650 kasur, dan 1.500 masker.