Setidaknya 131 orang meninggal akibat malaria di Zimbabwe, menambah tekanan terhadap sistem kesehatan di tengah pandemik coronavirus jenis baru.
"Total tercatat 135.585 kasus malaria dan 131 kematian, sebagian besar kasus terdeteksi di Provinsi Manicaland, Masvingo, dan Mashonaland East," jelas pernyataan Kementerian Kesehatan Zimbabwe.
Pihak berwenang Zimbabe pada Senin (20/4) mengumumkan bahwa kebijakan lockdown atau karantina wilayah diperpanjang selama dua minggu untuk mengekang penyebaran Covid-19.
Penularan malaria bersifat musiman, menyebabkan infeksi yang dapat berujung kematian bagi seluruh kelompok umur. Di Zimbabwe, wabah penyakit tersebut umumnya muncul selama musim panas dan hujan, khususnya pada Februari hingga April.
Pakar kesehatan memperkirakan, kasus malaria akan terus meningkat di seluruh negeri.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperingatkan Zimbabwe untuk tetap waspada terhadap penyakit seperti malaria di tengah perjuangan melawan Covid-19.
Malaria, AIDS, dan tuberkulosis digolongkan sebagai pembunuh terbesar di Zimbabwe. Namun, tidak seperti coronavirus jenis baru, penyakit-penyakit tersebut dapat diobati.
Wabah malaria datang ketika sistem kesehatan Zimbabwe menghadapi kekurangan obat-obatan vital di tengah memburuknya kondisi ekonomi.
Sistem kesehatan negara tersebut dikhawatirkan kelebihan beban karena tengah menangani Covid-19. Zimbabwe mencatat 25 kasus positif coronavirus jenis baru, tiga di antaranya meninggal dan dua lainnya sembuh.
Sektor kesehatan Zimbabwe lumpuh sejak tahun lalu setelah pekerja medis mogok berbulan-bulan sebagai bentuk protes atas kondisi kerja yang buruk dan kekurangan pasokan medis. (The Guardian)