Teheran memanggil Duta Besar Inggris untuk Iran Robert Macaire untuk mengeluhkan apa yang negara itu sebut sebagai penyitaan ilegal atas tanker mereka.
Pada Kamis (4/7) pagi waktu setempat, marinir Inggris membantu pihak berwenang di Gibraltar merebut tanker milik Iran karena diduga kapal itu menuju ke Suriah, melanggar sanksi yang diterapkan Uni Eropa.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyebut tindakan itu sebagai bentuk pembajakan dan penyitaan ilegal.
Tim yang terdiri dari sekitar 30 marinir dari 42 komando diterbangkan dari Inggris ke Gibraltar untuk membantu penyitaan tanker. Beberapa anggota dilaporkan mendarat di dek tanker dengan cepat, turun dengan tali dari helikopter, sementara sejumlah marinir lainnya mendekati kapal menggunakan speed boat.
Sebuah sumber menggambarkan penyitaan itu sebagai operasi yang relatif jinak tanpa insiden besar.
Dalam sebuah wawancara, Mousavi mengatakan penyitaan itu adalah bentuk pembajakan dan tidak memiliki dasar hukum. Dia menyerukan agar tanker itu segera dibebaskan untuk melanjutkan perjalanannya.
Langkah tersebut mengindikasikan bahwa Inggris telah mengikuti kebijakan agresif Amerika Serikat yang tidak dapat diterima Teheran.
Meski Inggris merupakan pihak yang membantu operasi penyitaan, ada spekulasi bahwa informasi intelijen terkait tanker itu datang dari AS. Penjabat Menteri Luar Negeri Spanyol Josep Borrell mengatakan penyitaan tanker bernama Grace 1 itu dilakukan atas permintaan AS.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton mengatakan penyitaan itu merupakan kabar baik. Dia menyatakan tanker yang mengangkut minyak untuk Suriah itu pantas ditahan karena telah melanggar sanksi Uni Eropa.
AS dan para sekutunya akan terus mencegah Iran dan Suriah yang mencoba mengambil keuntungan dari perdagangan ilegal.
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan tindakan pihak berwenang di Gibraltar dan Marinir Inggris menghambat pasokan sumber daya berharga bagi rezim keji Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Gibraltar menyakini tanker itu hendak membawa minyak mentah Iran ke Kilang Baniya di Tartus. Kilang tersebut adalah anak perusahaan dari General Corporation for Refining and Distribution of Petroleum Products, bagian dari Kementerian Perminyakan Suriah.
Uni Eropa menerapkan sanksi terhadap kilang tersebut sejak 2014 karena dianggap memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah Suriah.
Ketegangan AS-Iran
Perselisihan terbaru ini terjadi pada saat meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran. Pemerintahan Donald Trump, yang telah menarik diri dari perjanjian internasional tentang program nuklir Teheran, memperkuat sanksi terhadap Iran.
Sekutu-sekutu AS di Eropa, termasuk Inggris, belum mengikuti langkah AS.
Pada Juni, AS menuduh Iran menyerang dua tanker minyak di sekitar Selat Hormuz. Tuduhan tersebut dibantah Iran.
Beberapa hari setelahnya, pesawat tanpa awak milik AS ditembak jatuh oleh pasukan Iran. Menurut Teheran, pesawat itu telah melanggar batas wilayah udara Iran. Namun, Washington membantah penjelasan Iran dan bersikeras pesawat tanpa awak itu melewati perairan internasional.
Selain dengan AS, ketegangan antara Inggris dan Iran juga meningkat setelah Inggris sependapat dengan Washington dan menuturkan bahwa Teheran kemungkinan besar bertanggung jawab atas serangan tanker minyak pada Juni.
Inggris juga telah menekan Iran untuk membebaskan warganya, Nazanin Zaghari-Ratcliffe, yang dipenjara selama lima tahun setelah dinyatakan bersalah karena diyakini melakukan kegiatan spionase.