Para migran yang terdampar dalam cuaca dingin di dalam Belarus kembali mencoba memaksa untuk menyebrangi perbatasan ke Polandia, kata pihak berwenang di Warsawa pada Rabu (10/11). Pasukan yang dikerahkan disekitar perbatasan untuk mencegah mereka menyebrang mulai diperkuat.
Ratusan orang telah mendirikan tenda di sepanjang perbatasan dekat dengan pagar kawat berduri dan tentara Polandia yang berulang kali memblokir mereka untuk masuk ke Uni Eropa.
Polandia dan negara Uni Eropa lainnya menuduh Belarus mendorong para migran yang datang dari Timur Tengah, Afganistan, dan Afrika untuk secara illegal melintasi perbatasan sebagai pembalasan atas sanksi yang dijatuhkan pada Minsk atas pelanggaran HAM.
"Itu bukan malam yang tenang. Memang, ada banyak upaya untuk menembus perbatasan Polandia," kata Menteri Pertahanan Polandia Mariusz Blaszczak kepada penyiar PR1.
Sebuah radio swasta Polandia mengatakan sekitar 200 orang telah mencoba untuk menembus perbatasan pada Selasa (9/11) sore dan 60 orang lainnya mencoba setelah tengah malam.
Blaszczak mengatakan semua orang yang mencoba untuk menyebrang akan ditahan. Ia juga menambahkan bahwa kekuatan tentara Polandia yang ditempatkan di perbatasan telah diperkuat menjadi 15.000 dari 12.000.
Tiga diplomat UE mengatakan kepada media pada Selasa malam bahwa blok itu hampir menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Belarusia atas krisis yang meningkat. Menargetkan sekitar 30 individu dan entitas termasuk menteri luar negeri Belarusia.
Sebelumnya, Uni Eropa menuduh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menggunakan taktik gaya gangster dalam kebuntuan perbatasan selama berbulan-bulan yang menewaskan 7 migran.
Penjabat Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan di Twitter pada Rabu bahwa gambar dari perbatasan Belarusia itu mengerikan.
"Tuan Lukashenko secara tidak hati-hati mengeksploitasi orang-orang yang mencari perlindungan sebagai sandera untuk permainan kekuasaannya yang sinis. Tapi Uni Eropa tidak bisa diperas," katanya.
Pemerintah Lukashenko, yang didukung oleh Rusia, membantah merekayasa krisis migran dan menyalahkan Eropa dan Amerika Serikat atas penderitaan orang-orang yang terdampar di perbatasan. (Reuters)