Pemerintah China pada Jumat (4/6) mengkritik Taiwan karena menerima lebih dari satu juta dosis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca.
Dalam sebuah pernyataan, Beijing menuturkan bahwa pemerintah Taiwan, yang dipimpin oleh Partai Progresif Demokratik telah memblokir pengiriman vaksin dari China daratan.
Vaksin AstraZeneca tiba di Taiwan dari Jepang pada Jumat malam waktu setempat.
"Menerima vaksin yang aman yang dikembangkan oleh China daratan dapat membantu mengontrol laju pertumbuhan virus di pulau itu," kata pemerintah China.
Taiwan telah melaporkan lonjakan kasus infeksi Covid-19 secara dramatis sejak Mei.
Namun, akhir bulan lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, China mencegah pulau itu membeli vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jerman, BioNTech.
China daratan menepis klaim Tsai, dengan mengklaim bahwa pihaknya tidak pernah menghalang-halangi upaya Taiwan menerima vaksin Covid-19.
Terlebih lagi, China juga mendesak pemerintahan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga untuk tidak menggunakan bantuan vaksin ke Taiwan sebagai alat untuk keuntungan politik yang egois.
"Saya melihat bahwa Jepang sebenarnya masih belum bisa mengamankan pasokan vaksin yang memadai untuk warganya sendiri," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kepada wartawan di Beijing.
"Dalam keadaan seperti itu, langkah Jepang untuk mempertimbangkan pemberian vaksin ke wilayah Taiwan telah menimbulkan keraguan dari media dan publik termasuk di Taiwan," papar dia.
Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak pulau tersebut dan China daratan berpisah pada 1949 sebagai akibat dari perang saudara. Hubungan mereka telah memburuk di bawah Presiden Tsai yang mendorong kemerdekaan Taiwan.
Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memberontak yang perlu dipersatukan kembali dengan China daratan.