Thailand akan mengerahkan pesawat penghasil hujan untuk menyemai awan dalam upaya mengatasi polusi yang telah menyelimuti ibu kota negara itu dalam beberapa pekan terakhir.
Teknik modifikasi cuaca tersebut melibatkan pendispersi bahan kimia ke udara untuk membantu pengembunan awan, yang secara teori menghasilkan hujan.
"Pembuatan hujan diharapkan selesai besok (Selasa), namun itu tergantung pada angin dan tingkat kelembaban," ungkap Pralong Dumrongthai, direktur jenderal Departemen Kontrol Polusi Thailand.
Menurut Greenpeace, Bangkok saat ini berada di urutan ke-10 dalam peringkat kota paling tercemar di dunia, menyaingi sejumlah kota di China.
Alasan atas keberadaan kabut asap yang terus-menerus di Bangkok termasuk knalpot kendaraan, pembakaran ladang oleh petani, dan polutan dari pabrik.
Ketidakpuasan publik muncul di media sosial dan televisi. Tren tagar terkait polusi ramai, dan presenter TV menerangkan tentang jenis masker yang harus dikenakan.
Pada Senin (14/1), Air Visual, monitor indeks kualitas udara online independen (AQI), mencatat Bangkok berada pada level tidak sehat 156. Dalam dua bulan terakhir, posisi Bangkok kerap merangkak lebih tinggi.
Meski demikian, Departemen Kontrol Polusi dinilai mengecilkan bahaya kabut yang terus-menerus. Sebab pemerintah menilai, terdapat serangkaian pengukuran berbeda untuk melihat konsentrasi partikel mikroskopis berbahaya atau PM2.5.
Pralong menuturkan bahwa level puncak PM2.5 baru-baru ini di Bangkok mencapai 102 mikrogram per meter kubik dan pada Senin berada di bawah 90.
"Angka PM kami tinggi, namun belum masuk krisis," papar Pralong. "Kita tidak berada dalam kisaran 120-150, di mana semua orang harus memakai masker setiap saat ketika mereka keluar."
Namun, direktur Greenpeace Thailand Tara Buakamsri mengatakan pihak berwenang harus segera mengambil tindakan seperti mengurangi jumlah mobil dan menutup sekolah di daerah-daerah berisiko tinggi.
"Masalah polusi semakin sering terjadi di Bangkok. Kami membutuhkan manajemen kualitas udara yang lebih cerdas," ujar Tara.
Dalam beberapa pekan terakhir, petugas telah menyemprotkan air di sepanjang jalan dan ke udara di Bangkok untuk membantu membersihkan kabut asap. Sementara, pihak berwenang mendesak warga untuk tetap tinggal di rumah. (The Straits Times)