Berbicara di House of Commons, Theresa May mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terkait penanganan atas pandemik Covid-19.
Secara spesifik, May menyatakan keprihatinan terkait rencana pemerintah Inggris untuk menerapkan sistem karantina selama 14 hari bagi orang yang datang dari luar negeri.
Menurut dia, kebijakan tersebut akan berdampak buruk bagi industri penerbangan dan perdagangan internasional.
"Perjalanan udara internasional diperlukan untuk perdagangan. Alih-alih menutup Inggris dari seluruh dunia, mengapa pemerintah tidak mengembangkan standar screening kesehatan untuk penerbangan internasional?" sebut mantan PM itu.
Kementerian Kesehatan Inggris melaporkan bahwa per Rabu (3/6), negara tersebut mencatat 279.856 kasus positif Covid-19, termasuk 39.728 kematian dan lebih dari 1.200 pasien yang sembuh.
Lebih lanjut, May juga mengungkapkan kekhawatiran terkait kemungkinan kurangnya intelijen dan data sharing jika periode transisi Brexit berakhir tanpa kesepakatan formal.
May menyebut bahwa selain mengekang penyebaran Covid-19 di dalam negeri, pemerintah juga perlu memastikan keberhasilan Brexit.
"Tugas pemerintah melampaui coronavirus jenis baru. Bisakah pemerintah memberi saya kepastian bahwa mulai 1 Januari 2021, Inggris tetap memiliki akses terhadap kuantitas dan kualitas data yang dimilikinya saat ini?" ujar dia.
Merespons kritik May, PM Johnson mengatakan bahwa semuanya tergantung pada hasil negosiasi pasca-Brexit antara Uni Eropa dan Inggris.
"Saya benar-benar yakin bahwa mitra-mitra Inggris merasakan manfaat saling menguntungkan dan akan terus berkolaborasi dengan kami," tutur Johnson. (The Guardian)