Di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, kaum Muslim bersiap untuk merayakan Idul Fitri, hari raya yang mengakhiri puasa Ramadhan selama sebulan.
Di tengah kehancuran yang terjadi, hanya ada sedikit kegembiraan bagi warga Palestina tahun ini.
“Tiada gunanya Idul Fitri dalam pengungsian,” kata seorang pria.
Daerah enklave yang hancur itu menghadapi risiko kelaparan dan penyakit yang meluas dan hampir seluruh penduduknya kini kehilangan tempat tinggal.
Sekitar enam bulan setelah kampanye udara dan darat Israel di Gaza, yang dipicu serangan Hamas atas Israel selatan pada 7 Oktober.
Israel mengatakan bantuan mengalir ke Gaza lebih cepat setelah ditekan dunia internasional, namun jumlahnya masih diperdebatkan.
PBB menyebutkan jumlah bantuan masih jauh di bawah batas minimum untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.
Hamas menyatakan pada hari Selasa (9/4) bahwa usul gencatan senjata Israel yang disampaikan dalam pembicaraan di Kairo tidak memenuhi tuntutan mereka.
Namun kelompok tersebut berjanji akan mempelajari tawaran tersebut lebih lanjut dan memberikan tanggapan kepada mediator Mesir dan Qatar.
Perundingan sejauh ini gagal mencapai terobosan dalam menghentikan perang.
Hamas menginginkan perjanjian untuk mengakhiri serangan Israel, penarikan pasukan, serta memungkinkan para pengungsi kembali ke rumah mereka.
Israel ingin menjamin pembebasan sandera yang ditangkap oleh Hamas dalam serangan bulan Oktober.
Dari 253 orang yang ditangkap pada 7 Oktober, 133 masih disandera.
Warga mengaku pasukan Israel terus melancarkan serangan udara di Gaza tengah dan Rafah pada hari Selasa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada rekrutan militer pada hari yang sama bahwa Israel akan “menyelesaikan pemusnahan brigade Hamas, termasuk di Rafah.”
Dia menegaskan kemenangan atas Hamas memerlukan tindakan di kota selatan tersebut – dan operasi tersebut sudah terjadwal, meskipun Washington memperingatkan untuk tidak melanjutkannya.
Kalangan internasional meminta Israel untuk menahan diri di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga sipil yang mengungsi bersembunyi.
Sementara warga Palestina di Gaza mengatakan pasokan tambahan masih belum cukup untuk meringankan kondisi sulit karena hampir semua penduduk di wilayah kecil dan padat itu terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
"Makanan tidak cukup. Saya belum menerima satu kotak pun selama dua bulan. Kemarin kami mendapat satu kotak yang tidak akan cukup untuk saya atau anak-anak saya dan 18 orang lainnya yang bersama kami. Jika satu orang mendapat satu kotak setiap hari itu tidak akan cukup,” kata seorang pengungsi, Fayez Abdelhadi di kamp.
Dia mengatakan pengiriman bantuan juga kekurangan pasokan kebersihan dasar seperti sabun dan deterjen, memicu krisis kesehatan pengungsi dengan sedikitnya air bersih dan merajalelanya penyakit.
Umm Mohammed Hamad, wanita di kamp yang mengungsi dari rumahnya di Beit Hanoun di Gaza utara, mengatakan dia telah tinggal di tempat penampungan PBB di sana selama hampir dua bulan.
“Kami tidak menerima kotak makanan, tidak ada bantuan. Baru hari ini mereka mulai membagikan kotak,” ujarnya dilansir Reuters.