Sejumlah kelompok HAM menyatakan bahwa setelah ditangkap di Vietnam, tiga aktivis Thailand yang menghadapi tuduhan menghina monarki menghilang.
Wakil Perdana Menteri Thailand Prawit Wongsuwan membantah klaim Aliansi HAM Thailand yang menyatakan bahwa ketiga aktivis itu kini ditahan di Thailand.
Ketiga aktivis itu merupakan Chucheep Chiwasut, Siam Theerawut, dan Kritsana Thapthai.
Human Rights Watch (HRW) Asia mengklaim bahwa Vietnam menyerahkan para aktivis itu kepada pihak berwenang Thailand pada Rabu (8/5).
"Vietnam diduga secara rahasia mengembalikan tiga aktivis itu secara paksa kepada Thailand. Ini harusnya mendapat sorotan komunitas internasional," kata Direktur HRW Asia Brad Adams.
Amnesty International mengatakan bahwa Chucheep telah lama dihadapkan pada tuduhan lese majeste, yaitu penghinaan terhada keluarga Kerajaan Thailand. Begitu pula dengan Siam dan Kritsana yang sedang dalam penyelidikan polisi atas tuduhan yang sama.
Pasal 112 KUHP Thailand menyatakan siapa pun yang menghina raja, ratu, pewaris, atau pejabat kerajaan menghadapi hukuman hingga 15 tahun penjara. Kelompok-kelompok HAM menyatakan bahwa militer yang berkuasa di Thailand menerapkan hukum itu secara lebih luas sejak kudeta militer 2014 sebagai cara membungkam kritik.
Secara terpisah pada Jumat (10/5), seorang mantan mahasiswa hukum dibebaskan dari penjara dan diberikan pengampunan oleh raja atas dakwaan penghinaan terhadap kerajaan.
Jatupat Boonpattaraksa, aktivis dan kritikus junta yang berkuasa, dipenjara karena mengunggah artikel profil Raja Maha Vajiralongkorn yang diterbitkan oleh BBC yang dianggap ofensif oleh kerajaan.
Pembebasannya merupakan bagian dari amnesti raja bagi ribuan tahanan untuk menandai penobatan Raja Maha Vajiralongkorn pada akhir pekan lalu.
Aliansi HAM Thailand yang bermarkas di AS pertama kali melaporkan bahwa Chucheep, yang juga dikenal sebagai Paman Sanam Luang, telah dikirim kembali ke Thailand.
"Paman Sanam Luang dan dua orang lainnya ditangkap sebulan yang lalu. Tetapi mereka baru saja ditransfer ke Thailand pada Rabu dari Vietnam," kata Piangdin Rakthai dari aliansi itu dalam sebuah video.
Prawit membantah tudingan dari aliansi tersebut.
"Vietnam tidak mengatur adanya transfer apa pun. Jika ada, transfer tahanan itu akan melalui kementerian luar negeri dan polisi," katanya kepada wartawan.
Pada Januari, mayat dua kritikus militer dan keluarga kerajaan, Chatcharn Buppawan (56) dan Kraidej Luelert (46) ditemukan di perbatasan Sungai Mekong dengan Laos.
Tubuh mereka telah diisi dengan beton yang membuat mereka tenggelam ke dasar sungai. Pada saat itu, militer Thailand mengatakan tidak memiliki informasi apa pun terkait kematian tersebut.
Kasus hilangnya aktivis atau kritikus keluarga Kerajaan Thailand juga terjadi pada tahun lalu.
Seorang aktivis yang kerap mengkritik militer dan monarki, Surachai Danwattananusorn (78), menghilang pada Desember 2018. Hingga kini keberadaannya tidak diketahui.
"Kami khawatir tentang situasi ini," kata Piangdin "Sudah terjadi sejumlah kasus penghilangan dan kematian aktivis politik yang menentang militer dan mengkritik monarki."