Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya menuturkan Indonesia akan menggelar forum trade, tourism, and investment (TTI) bertajuk Pacific Exposition di Auckland, Selandia Baru. Forum itu sebagai upaya meningkatkan kehadiran, kontribusi dan pengaruh Indonesia di kawasan Pasifik.
Forum yang akan diselenggarakan pada 11-14 Juli itu memberikan kesempatan bagi negara-negara Pasifik untuk memamerkan produk unggulan, potensi pariwisata, serta peluang investasi yang mereka miliki.
"Rencananya forum ini akan dilaksanakan setiap tahun untuk memperkuat kehadiran dan kontribusi Indonesia bagi kawasan Pasifik," jelas Dubes Tantowi dalam konferensi pers yang digelar di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Selasa (7/5).
Acara tersebut akan mencakup forum pariwisata yang mengusung tema "Towards One Single Pacific Destination". Forum itu, jelas Tantowi, merupakan upaya untuk mengintegrasikan negara-negara di kawasan Pasifik menjadi satu destinasi wisata yang baru.
"Apabila itu terjadi dan negara-negara Pasifik terhubung dengan baik, maka kawasan tersebut akan menjadi raksasa baru di dunia pariwisata," kata dia.
Kemudian, ada pula forum bisnis dan investasi di mana semua negara peserta mendapat kesempatan untuk meninjau peluang investasi dan melakukan pertukaran informasi antara produsen dan konsumen.
"Indonesia berencana untuk membuka akses pasar karena 260 juta penduduk Indonesia itu adalah pasar empuk bagi negara-negara Pasifik untuk menjual produk unggulan mereka," ungkapnya.
Selain itu, Pacific Exposition juga akan menampilkan forum budaya. Dalam forum ini, kata Dubes Tantowi, para ahli budaya, antropolog, dan sejarawan akan duduk bersama untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan budaya Pasifik.
"Mudah-mudahan dari diskusi itu akan muncul konsensus bersama mengenai pemahaman budaya Pasifik," ujarnya.
Dubes Tantowi menyampaikan bahwa Pacific Exposition merupakan inisiasi Indonesia yang dalam perjalanannya turut diadopsi oleh Selandia Baru dan Australia sebagai kerja sama tiga pihak.
"Dua negara besar di Pasifik, Australia dan Selandia Baru, juga sedang getol memerhatikan negara-negara di kawasan Pasifik," jelasnya. "Tapi Indonesia tidak ingin bersaing dengan mereka, akhirnya kita jalin kerja sama tiga pihak untuk sama-sama penetrasi kawasan Pasifik."
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI Santo Darmosumarto menyatakan dukungan dari dua negara tersebut diharapkan dapat mengembangkan kualitas hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Pasifik.
Kedekatan dengan masyarakat Pasifik
Dubes Tantowi menekankan bahwa sudah saatnya bagi Indonesia untuk meningkatkan kehadiran di Pasifik karena ada faktor kedekatan geografis dan sosial budaya dengan kawasan tersebut.
"Pertama, Indonesia adalah bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Pasifik karena lima provinsi kita yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur adalah bagian dari Pasifik," jelasnya.
Selain itu, ada faktor kedekatan sosial budaya karena ras masyarakat Pasifik, Melanesia dan Polinesia, juga merupakan ras masyarakat yang berada di kelima provinsi Indonesia tersebut.
"Fakta geografis dan sosial budaya ini yang sekarang kita manfaatkan dan kita tonjolkan agar dapat diterima menjadi bagian dari masyarakat Pasifik," ungkap Dubes Tantowi.
Dubes berusia 58 tahun itu menyebut, upaya penetrasi Indonesia ke kawasan Pasifik pada awalnya tidak disambut dengan respons positif. Semula ada sejumlah negara yang berhati-hati dan bahkan curiga karena Indonesia yang sebelumnya tidak bersuara, tiba-tiba sangat terasa kehadirannya di kawasan Pasifik.
"Kita berkali-kali menekankan tidak ada motif politik di balik aktivitas ini kecuali kita ingin meningkatkan peran dan kontribusi bagi masyarakat Pasifik," tuturnya.
Tantowi menegaskan bahwa kehadiran Indonesia di Pasifik bertujuan untuk menjalin hubungan baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pasifik.