close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf bersama Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu (15/1). / istimewa
icon caption
Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf bersama Paus Fransiskus di Vatikan pada Rabu (15/1). / istimewa
Dunia
Kamis, 16 Januari 2020 18:21

Tokoh Islam, Yahudi, dan Kristen bertemu di Vatikan

Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf merupakan salah satu tokoh agama yang hadir dalam forum Inisiatif Agama-agama Ibrahim tersebut.
swipe

Pada 14-17 Januari, forum Inisiatif Agama-agama Ibrahim atau Abrahamic Faiths Initiative digelar di Vatikan. Pertemuan itu dihadiri oleh sejumlah tokoh agama Islam, Yahudi, dan Kristen.

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya merupakan salah satu perwakilan muslim yang hadir.

Pada Rabu (15/1), para tokoh agama tersebut berdiskusi di Gregorian University, Roma. Gus Yahya menyebut, pertemuan itu mengerucutkan sikap dan langkah bersama dalam menghadapi kemelut kemanusiaan dewasa ini, yang kental diwarnai konflik antarkelompok agama.

"Musyawarah pada akhirnya mencapai kesepakatan untuk terjun ke wilayah konflik demi mengupayakan jalan keluar," jelas Gus Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Kamis (16/1).

Namun, dia mengingatkan bahwa keputusan bersama itu perlu dijalani berbarengan dengan strategi yang komprehensif dan terkonsolidasi.

"Tentu dengan dukungan instrumen-instrumen dan sumber daya yang penuh," tambah dia.

Gus Yahya mengatakan, Duta Besar Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback mengawali diskusi dengan menyampaikan keprihatinan yang mendalam terkait kondisi konflik antaragama.

Dia mengungkap, Dubes Brownback menilai bahwa jika konflik antaragama dibiarkan, sudah pasti ujungnya adalah saling bunuh di antara sesama manusia.

"Ungkapan itu persis seperti analisis yang dipaparkan dalam 'Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor Tentang Islam Untuk Kemanusiaan' pada 2017," ujar Gus Yahya.

Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa Dubes Brownback menyampaikan apresiasi atas segala upaya yang dilakukan NU dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Menurut Gus Yahya, Pendeta Thomas Johnson dari World Evangelical Alliance menekankan bahwa deklarasi saja tidak cukup, karena belum tentu banyak orang yang mau sungguh-sungguh membaca atau mempelajarinya.

Meresponsnya, Gus Yahya menyebut bahwa siapa pun yang membuat deklarasi harus siap menindaklanjutinya dengan langkah-langkah konkret. Dia memberi contoh dengan menjabarkan kiprah NU dalam membangun strategi transformasi melalui aktivisme sosial, termasuk melindungi hak-hak kelompok minoritas.

Dalam kesempatan yang sama, jelas Gus Yahya, Rabi David Rosen menilai bahwa kalangan politikus perlu melihat agama sebagai basis resolusi konflik dan tidak hanya berfokus pada pendekatan militer atau ekonomi saja.

Kemudian pada Rabu malam, para tokoh agama bertemu dengan Paus Fransiskus di kediamannya di kompleks Basilica, Vatikan. Sri Paus menyebut, forum Abrahamic Faiths Initiative merupakan wahana untuk mengedepankan ikhtiar-ikhtiar perdamaian.

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya mengatakan bahwa Pastor Bob Roberts memaparkan hasil diskusi kepada Sri Paus, termasuk penegasan dukungan terhadap Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al Azhar Ahmad al-Tayeb di Abu Dhabi pada Februari 2019.

Mengutip Paus Fransiskus, Gus Yahya menuturkan bahwa dalam menghadapi masa apa pun, semuanya perlu kembali ke akar keberadaan sebagai saudara.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan