close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan  bertajuk
icon caption
Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan bertajuk "Global Call to Protect Religious Freedom" di Markas PBB, Senin (23/9). Instagram/@realdonaldtrump
Dunia
Selasa, 24 September 2019 09:04

Trump bicara persekusi atas nama agama di PBB

Secara tidak langsung Trump menyinggung soal penindasan terhadap etnis Uighur di Xinjiang, China.
swipe

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (24/9) menyerukan diakhirinya persekusi atas nama agama. Hal itu disampaikan Trump dalam pertemuan bertajuk "Global Call to Protect Religious Freedom" yang diselenggarakan AS di sela-sela Sidang Umum PBB dengan menampilkan seorang perempuan Uighur yang ayahnya dipenjara di China.

Tiongkok secara luas dikecam karena mendirikan apa yang mereka klaim sebagai pusat pelatihan kejuruan untuk membasmi ekstremisme dan memberi orang keterampilan baru. Menurut PBB setidaknya 1 juta etnis Uighur dan muslim lainnya telah ditahan di sana.

Pertemuan yang digagas AS tersebut menuai kritikan keras dari China. Seorang juru bicara delegasi Tiongkok menyebut AS telah melanggar Piagam PBB.

"Kami menyesalkan bagaimana AS menggunakan persekusi atas nama agama sebagai kedok untuk mengkritik negara-negara berdaulat lain dengan tidak menghargai dan mengubah fakta," ujar juru bicara tersebut.

Trump tidak secara spesifik menyebut Xinjiang dan dia meninggalkan pertemuan sebelum perempuan Uighur bernama Jewher Ilham berbicara. Tapi, Wakil Presiden AS Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mendengarkan pernyataan Ilham.

Menurut Pompeo, ayah Ilham, menjalani hukuman seumur hidup. Dia ditangkap atas tuduhan separatisme.

"Setiap hari jutaan orang Uighur dan minoritas muslim lainnya di China dilecehkan, dibius dan didoktrinasi di kamp konsentrasi pemerintah," tutur Ilham dalam pertemuan kebebasan beragama di PBB. "Beijing meyakini bahwa Islam adalah penyakit yang harus ditangani dengan tangan besi."

Dalam kesempatan yang sama, Wapres Pence juga mengkritik China.

"Partai Komunis di China telah menangkap para pendeta Kristen, melarang penjualan Alkitab, menghancurkan gereja-gereja dan memenjarakan lebih dari satu juta warga Uighur," kata Pence.

Wakil Menlu AS John Sullivan akan menjadi tuan rumah sebuah acara tentang krisis HAM di Xinjiang pada Selasa (24/9). Kemlu AS menyatakan bahwa Sullivan menyambut mitra global untuk bergabung dan menyerukan China mengakhiri perlakuan kejam, tidak manusiawi dan merendahkan masyarakat Xinjiang.

Seorang pejabat Kemlu AS menuturkan, setidaknya perwakilan dari 31 negara diharapkan hadir dalam acara tersebut. "Acara ini akan diselenggarakan bersama dengan Belanda, Jerman, Kanada dan Inggris."

Sementara itu, juru bicara China menegaskan bahwa pertemuan itu tidak akan menghasilkan efek apapun. "Itu juga tidak akan mendapat dukungan mayoritas."

Duta Besar AS untuk Kebebasan Beragama Internasional Sam Brownback mengisyaratkan bahwa AS yang sedang terlibat dalam perang dagang dengan China dapat mengambil tindakan. 

"Kami tidak mempertimbangkan sanksi atau tindakan lain, tapi jika China melanjutkan perang terhadap keyakinan, maka ini akan menjadi sesuatu yang terus menarik minat besar atas perhatian dan tindakan AS," kata Brownback.

Trump, kemarin juga mengumumkan sebuah janji sebesar US$25 juta untuk melindungi situs-situs kebebasan beragama dan peninggalan global serta pembentukan koalisi bisnis-bisnis AS untuk melindungi kebebasan beragama.

"Sebagai presiden, melindungi kebebasan beragama adalah salah satu prioritas tertinggi saya dan akan selalu demikian," kata Trump. "AS menyerukan kepada bangsa-bangsa di dunia untuk mengakhiri penindasan atas nama agama."

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan