Trump dan Kim dijadwalkan bertemu Selasa pagi
Presiden Trump tiba di Singapura, Minggu (10/6) kemarin, guna menghadiri pertemuan bersejarahnya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Dengan agenda utama ihwal masa depan nuklir Korea Utara dan keamanan seluruh wilayah yang dipertaruhkan, pertemuan itu menjadi kali perdana dua pentolan negara bertemu.
Lebih dari dua minggu yang lalu, tampaknya pertemuan puncak itu tidak akan terjadi. Beberapa bulan yang lalu, kedua negara bahkan nyaris terlibat perang.
Namun, tak dinyana, Trump memenuhi janjinya bertemu di Singapura dan tiba di sana pukul 20.20 waktu setempat. Sementara Kim tiba beberapa jam lebih awal dan mendarat di Bandara Changi dengan pesawat komersil China Air. Kedatangan Kim langsung disambut di bandara oleh Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan, sebagaimana info yang dilansir dari NY Times.
Trump yang sesumbar tak mempersiapkan diri sebelumnya, akan beradu kemapuan negosiasi dengan negara paling terpencil di dunia ini. Sejumlah analis khawatir hasil pertemuan itu tak sesuai ekspektasi, dengan Trump yang berharap denuklirisasi Korea Utara yang harus dibayar dengan menggulirkan bantuan pada negara miskin untuk peningkatan ekonomi.
Trump kerap mempertanyakan perlunya kehadiran militer Amerika yang kuat di Asia Timur Laut. Sebagian besar analis tidak percaya, Kim mau begitu saja menyerahkan senjatanya.
Namun sebagai bagian dari langkah-langkah membangun kepercayaan untuk membawa Amerika Serikat ke meja negosiasi, Kim muncul untuk meledakkan situs uji coba negaranya di Punggye-ri di Korea Utara bagian timur laut, pada Mei. Lalu ia mengatakan akan melakukan moratorium pada tes rudal jarak jauh.
Trump terbang langsung dari pertemuan G7 di Kanada, di mana ia menolak bergabung dengan pernyataan bersama dengan sekutu, mengancam untuk memicu perang dagangnya, dan memanggil Perdana Menteri Kanada—salah satu dari tetangga dan sekutu terdekat Amerika—dengan sebutan "sangat tidak jujur dan lemah."
Sementara, pertemuan ini menjadi perjalanan dinas terjauh Kim sejak ia mengambil alih kekuasaan pada 2011 lalu. Dia telah berubah banyak, yang mulanya tampak impulsif dengan persenjataan nuklir, lalu kini mau duduk bersama dengan negara lain guna membahas denuklirisasinya.
Kim dan Trump dijadwalkan bertemu Selasa, jam 9 pagi.
Media internasional menyemut
Media berita internasional telah turun di Singapura, mulai dari media Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan yang mengirim paling banyak jurnalis. Menurut Kementerian Komunikasi Singapura, sekitar 2.500 wartawan telah mendaftar untuk meliput pertemuan tersebut.
Kontingen reporter menghabiskan hari yang panas di St Regis Hotel, di mana iring-iringan mobil Kim tiba tidak lama setelah jam 15.30 waktu setempat. Iring-iringan tersebut membubat lalu lintas terhenti di sepanjang jalan menuju dan dari hotel.
Pertemuan puncak sendiri rencananya akan diadakan di Capella Resort di Pulau Sentosa, tempat rekreasi populer di ujung selatan Singapura.
Meskipun tidak ada tempat di dekat kerumunan, para penonton yang ingin tahu, sengaja bergabung dengan kru kamera dan wartawan di sepanjang jalan di area St. Regis, untuk menyaksikan iring-iringan Kim yang hendak menemui Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.
"Ini adalah hal yang besar bagi Singapura," kata Patrick Han, 29, analis riset energi yang datang dengan ibunya untuk menunggu di dekat St. Regis pada Minggu sore. Namun setelah melihat hasil pertemuan Trump dengan anggota G7, Han berkata, "Saya tidak benar-benar berharap bahwa KTT ini akan memiliki hasil yang nyata."
Ruairi Gogan, seorang Amerika yang telah tinggal di Singapura selama 20 tahun, mulai melacak penerbangan Mr. Kim di flightradar24.com pada Sabtu kemarin.
"Dia seperti Dr. Evil," kata Gogan sambil menunggu di dekat St. Regis, meskipun dia menambahkan, pertemuan puncak dua negara ini "mungkin hal yang baik."
St. Regis berjarak setengah mil dari Shangri La Hotel, tempat Trump menginap. Jika Shangri La Hotel berada di Kawasan perumahan, St. Regis berlokasi di boulevard komersial dekat area mal.
Sementara itu, aparat kepolisian tampak berjaga di sekitar lokasi dan sesekali menghimbau publik yang hendak mengabadikan gambar lewat kamera ponsel mereka, agar mundur dari kawat barikade.
Stanley Peck, 49, seorang dokter yang tinggal di dekat situ sengaja mengambil foto di sekitar area, hingga polisi memperingatkannya untuk tak mendekat.
"Sangat menarik mengetahui, negara kecil seperti kami dapat menjadi wadah bertemu dua petinju besar yang datang untuk bertarung," kata Peck. "Kami bangga menjadi tuan rumah untuk pertemuan ini." Dia menambahkan, “Setidaknya mereka ada di sini dan saya harap mereka dapat berjabat tangan. Semoga."
Di seluruh kota, Singapura memperketat keamanan untuk pertemuan yang ditunggu-tunggu tersebut. Menurut Kasiviswanathan Shanmugam, Menteri Urusan Rumah Singapura, sekitar 5.000 petugas polisi dan penanggap darurat sedang bertugas di seluruh acara.
Sudah, katanya, seorang pendatang dari "negara regional" ditolak di bandara pada Sabtu kemarin. Petugas imigrasi dan bea cukai telah menghentikan pria itu setelah menyimpulkan, dia “berperilaku sangat gugup,” kata Shanmugam.
"Dia tidak bisa menjawab pertanyaan mereka," kata Shanmugam dalam jumpa pers pada Minggu. "Polisi memeriksa ponselnya dan melihat dia telah memeriksa dan mengunjungi situs-situs tentang pengeboman bunuh diri, dan mereka membuat penilaian", dia harus dilarang memasuki Singapura