Presiden Donald Trump tampil percaya diri bak tengah berkampanye saat menyampaikan pidato kenegaraan tahunan di Kongres pada Selasa (4/2), jelang sidang pemakzulannya. Melanggar kebiasaan, dia tidak berjabat tangan dengan Ketua DPR Nancy Pelosi.
Dalam pembukaan pidatonya, Trump merinci apa yang disebutnya "the great American comeback".
"Malam ini, saya berdiri di depan Anda untuk membagikan hasil yang luar biasa. Lapangan kerja booming. Penghasilan melonjak. Kemiskinan merosot. Kejahatan menurun. Kepercayaan meningkat dan negara kita berkembang dan sangat dihormati lagi," kata Trump.
"Musuh-musuh AS tengah lari kocar-kacir. Peruntungan AS tengah meningkat. Dan masa depan AS sangat cerah. Tahun-tahun kemunduran ekonomi telah berakhir."
Trump mengatakan kebijakan deregulasi dan pemangkasan pajaknya, yang dikritik oleh lawan merusak lingkungan dan memihak orang kaya dibanding orang miskin, menjadi alasan atas keberhasilan tidak tertandinginya di bidang ekonomi.
Dia menyebut bahwa pakta perdagangan USMCA (United States-Mexico-Canada), fase pertama kesepakatan dagang dengan China, belanja militer besar-besaran, sejumlah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghentikan imigrasi ilegal, dan upaya untuk mengakhiri perang yang melibatkan AS di Timur Tengah sebagai contoh pemenuhan komitmennya kepada para pemilih.
"Tidak seperti orang-orang sebelum saya, saya menepati janji-janji saya," ujar Presiden ke-44 AS itu.
Sementara dukungan kepada Trump mengalir dari Republikan lewat tepuk tangan yang meriah bahkan standing ovation, kalangan Demokrat yang menyaksikan pidatonya memilih duduk diam.
Pelosi, yang duduk tepat di belakang Trump, sesekali mengerutkan kening dan tersenyum tidak percaya pada pernyataan Trump.
Ketegangan antara Pelosi dan Trump begitu nyata pada Selasa malam. Saat menyambut Trump di sesi gabungan Kongres, dia hanya menyebut "Presiden AS", tanpa nama dan kata-kata "sebuah keistimewaan dan kehormatan untuk menghadirkan kepada Anda, Presiden AS" yang lazim diucapkan.
Usai pidato, di tengah sorotan kamera, Pelosi merobek salinan pidato Trump.
Pekan ini menjadi titik penting bagi AS. Pasalnya, pada Rabu (6/2), sidang pemakzulan Trump di Senat akan mencapai puncaknya.
Sementara Demokrat mengontrol DPR, Republik yang merupakan mayoritas di Senat hampir dipastikan akan menyatakan Trump tidak bersalah atas dua tuduhan yang digunakan untuk memakzulkannya.
Trump sendiri tidak sekali pun menyinggung soal pemakzulan dalam pidatonya.
Sebelum hadir di Kongres, Trump telah meledek Demokrat dengan mengatakan, penundaan pada hasil Kaukus Iowa membuktikan ketidakmampuan mereka.
"Tidak ada yang berhasil, sama seperti saat mereka mengelola negara," twit Trump.
Kaukus Iowa menjadi awal dari rangkaian pemilihan pendahuluan di AS menuju pilpres pada November. Kaukus ini penting karena hasilnya sering menjadi indikator siapa yang akan menjadi capres.
Sejumlah politikus Demokrat telah memboikot pidato kenegaraan tahunan Trump, termasuk Alexandria Ocasio-Cortez dan Ayanna Pressley.
"Saya tidak akan menggunakan kehadiran saya pada pidato kenegaraan untuk menormalkan perilaku Trump yang melanggar hukum & subversi konstitusi," twit Ocasio-Cortez.
Pilihan tamu undangan untuk menghadiri pidato kenegaraan tahunan oleh Republik dan Demokrat juga membawa cerita tersendiri.
Kubu Trump mengundang petugas senior patroli perbatasan, seorang wanita yang saudara laki-lakinya dibunuh oleh imigran ilegal pada 2018, dan mantan kepala polisi Caracas Ivan Simonovis, yang menghabiskan bertahun-tahun di penjara di bawah pemerintahan sayap kiri Venezuela.
Selain itu, mereka turut menghadirkan pemimpin oposisi Venezuela yang juga mereka akui sebagai presiden sementara negara itu, Juan Guaido.
Dari sisi Demokrat, tamu undangan termasuk sekitar 80 dokter, pasien, dan lainnya yang mereka sebut melambangkan kegagalan pemerintahan Trump untuk mengatasi isu perawatan kesehatan.
Pada hari yang sama, Trump mendapat kabar baik. Jajak pendapat Gallup menunjukkan bahwa peringat persetujuannya mencapai 49%, rekor tertinggi. Dukungan disebut meningkat baik di kalangan Republikan maupun independen. (AFP, Business Insider, dan ABC News)