Donald Trump pada Rabu (13/11) mendorong Presiden Turki Tayyip Recep Erdogan untuk membatalkan pembelian sistem pertahanan rudal Rusia. Trump menyebut langkah tersebut merupakan tantangan yang sangat serius dalam relasi bilateral kedua negara.
Tatap muka Trump dan Erdogan berlangsung di Gedung Putih di tengah krisis kedua negara. Trump menggambarkan pertemuan tersebut luar biasa.
Dalam kesempatan yang sama, Trump menyampaikan bahwa dia adalah penggemar berat Erdogan dan mereka melangsungkan pertemuan yang produktif.
Meski demikian, baik Trump maupun Erdogan gagal menjelaskan secara konkret bagaimana mereka akan mengatasi perbedaan yang memuncak dalam berbagai isu. Mulai dari serangan Turki terhadap pasukan Kurdi, yang merupakan sekutu AS di Suriah dalam perang melawan ISIS, hingga pembelian sistem pertahanan Rusia S-400.
"Akuisisi Turki atas peralatan militer Rusia yang canggih, seperti S-400, menciptakan sejumlah tantangan yang sangat serius bagi kami dan kami terus membicarakannya," kata Trump dalam jumpa pers bersama dengan Erdogan.
Trump menambahkan, "Kami membicarakannya hari ini, kami akan membahasnya di masa depan. Semoga kami dapat menyelesaikan situasi tersebut."
Beberapa menit setelah konferensi pers bersama, Gedung Putih merilis pernyataan yang menekankan bahwa Trump dan Erdogan memiliki hubungan personal yang baik.
"Untuk mencapai kemajuan di bidang lain, sangat penting bagi kami untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan pembelian sistem pertahanan udara Rusia S-400 oleh Turki," sebut pernyataan itu.
Washington menegaskan bahwa pembelian sistem pertahanan rudal Rusia oleh Turki tidak kompatibel dengan pertahanan NATO dan juga menimbulkan ancaman terhadap jet tempur F-35 Stealth yang tengah dikembangkan Lockheed Martin. Ada kekhawatiran bahwa Turki, benteng melawan Uni Soviet selama Perang Dingin, memperdalam hubungan dengan Rusia dengan mengorbankan kemitraannya dengan AS.
Turki sendiri telah mengabaikan sanksi AS dan menerima pengiriman S-400 tahap pertama pada Juli. Untuk menghukum Turki, AS telah melarang penjualan F-35 ke negara itu dan menghapus Turki dari program multinasional untuk memproduksi jet tempur.
Pada Rabu, Trump dan Erdogan menuturkan mereka akan bekerja untuk menyelesaikan persoalan tersebut, tanpa menjelaskan bagaimana.
"Kami telah meminta menteri luar negeri serta penasihat keamanan nasional kami untuk segera bekerja menyelesaikan isu S-400," ujar Trump.
Sementara itu, Erdogan mengatakan bahwa kedua negara hanya bisa mengatasi perselisihan lewat dialog.
"Kami sepakat untuk melanjutkan relasi pada ruang yang sehat. Kami telah setuju untuk membuka lembaran baru," kata Erdogan.
Sambutan hangat
Meski terdapat ketegangan, Trump memberikan sambutan hangat pada Erdogan. Itu sangat kontras dengan kemarahan di Kongres AS atas serangan Turki ke Suriah untuk mengusir milisi Kurdi.
"Kami berteman sudah lama ... Kami saling memahami negara masing-masing. Kami memahami dari mana kami berasal," kata Trump saat konferensi pers bersama Erdogan. "Mereka (Erdogan dan istri) sangat dihormati di negara dan kawasan mereka."
Relasi bilateral AS-Turki mencapai titik terendah bulan lalu ketika Erdogan memerintahkan serangan lintas perbatasan yang menargetkan pasukan Kurdi.
Trump mendapat tekanan kuat dari mitra Republikan-nya karena menarik pasukan AS dari Suriah sehingga membuka jalan bagi serbuan Turki.
Ada pun Erdogan menyatakan bahwa Turki adalah mitra terbaik AS untuk membantu memerangi ISIS.
"Turki dan AS dapat bekerja sama untuk menangani ISIS dan membawa perdamaian ke Suriah. Mitra AS yang paling dapat diandalkan di kawasan untuk melakukan itu adalah Turki," tegas Erdogan.
Dalam pidato terpisahnya di Washington, Erdogan menyatakan bahwa dia telah meminta Trump untuk menghentikan dukungan bagi milisi Kurdi, YPG. Kelompok milisi tersebut dicap teroris oleh Turki, namun di lain sisi merupakan komponen utama Pasukan Demokratik Suriah (SDF), mitra utama AS di Suriah dalam melawan ISIS.
Erdogan tidak menjelaskan bagaimana Trump merespons permintaannya.
Sehari sebelumnya, pejabat senior di pemerintahan Trump menyatakan kepada awak media bahwa Washington tidak berniat mengakhiri kemitraan dengan SDF.
Trump mendatangkan lima senator Republik ke Gedung Putih untuk berbicara dengan Erdogan terkait milisi Kurdi dan S-400. Menyusul pertemuan tersebut, Lindsey Graham, senator yang dekat dengan Trump dan juga yang menganjurkan menjatuhkan sanksi pada Turki, mengatakan bahwa diskusi di Gedung Putih dengan Erdogan berlangsung secara terbuka.
"Saya berharap untuk menyelamatkan hubungan ini, tetapi hanya waktu yang akan mengatakan apakah itu mungkin," kata Graham.
Erdogan mengkritik Kongres AS, khususnya pemungutan suara di Dewan Perwakilan Rakyat bulan lalu yang mendukung resolusi yang tidak mengikat yang mengakui pembunuhan 1,5 juta warga Armenia satu abad lalu sebagai genosida. Pemungutan suara tersebut hanya simbolis namun dikecam oleh Turki.
Dalam pidatonya kemudian, dia menyebut resolusi DPR AS "memalukan" dan "bertentangan dengan kenyataan sejarah."