Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (1/4) mengklaim bahwa Iran atau proksinya merencanakan serangan diam-diam terhadap target AS di Irak.
"Atas informasi dan keyakinan, Iran atau proksinya sedang merencanakan serangan diam-diam terhadap pasukan dan atau aset AS di Irak. Jika itu terjadi, Iran akan membayar dengan harga yang sangat mahal!," twit Trump.
Belum jelas informasi apa yang dimaksud Trump dalam twitnya yang diunggah setelah dia dijadwalkan mendapat pengarahan intelijen.
Sementara itu, orang dekat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei memperingatkan Washington soal tindakan provokatif di Irak.
Relasi AS dan Iran buruk sejak Revolusi Islam yang menggulingkan Shah Iran yang didukung AS, Mohammad Reza Pahlavi, pada 1979.
Hubungan keduanya semakin memburuk sejak Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sejumlah sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Ketegangan melonjak setelah serangan pesawat tak berawak AS pada 3 Januari menewaskan komandan pasukan elite Iran, Quds, Qasem Soleimani serta Abu Mahdi al-Muhandis, pendiri milisi syiah Irak Kataib Hizbullah.
Iran membalas kematian mereka dengan melancarkan serangan roket ke dua pangkalan militer yang menampung pasukan AS pada 8 Januari. Tidak ada pasukan AS yang tewas atau menderita cedera langsung dalam serangan tersebut, tetapi lebih dari 100 personel belakangan didiagnosis mengalami cedera otak traumatik.
AS menyalahkan Kataib Hizbullah yang didukung Iran atas serangan roket pada 11 Maret. Dua tentara AS dan seorang tentara Inggris di Irak tewas dalam serangan tersebut.
Sehari kemudian, AS balas menyerang kelompok itu.
Pakar yang melacak milisi syiah di think tank The Washington Institute for Near East Policy Phillip Smyth mengatakan, dia yakin bahwa peringatan Trump dipicu oleh munculnya League of the Revolutionaries, kelompok yang menurutnya dibentuk untuk memberi penyangkalan kepada Kataib Hezbollah menyerang target AS.
AS dan Iran masih terus terlibat perang kata-kata atas sanksi AS, yang bertujuan memaksa Iran mengekang program nuklir dan rudalnya serta penggunaan proksi dalam konflik di Irak, Lebanon, dan Yaman.
Washington telah berulang kali memperketat sanksi, yang dirancang untuk mencekik ekspor minyak Teheran, pada bulan lalu di tengah penyebaran Covid-19. Dengan 47,593 kasus positif, di mana 3.036 di antaranya meninggal, Iran merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang paling terpukul oleh virus itu.