Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (23/9) menyatakan bahwa dia tidak akan berkomitmen pada transisi kekuasaan yang damai jika dirinya kalah dalam pilpres pada November mendatang.
"Kita hanya bisa melihat apa yang akan terjadi," kata Trump ketika ditanya apakah dia berkomitmen untuk melakukan transisi damai, salah satu pilar demokrasi AS.
Trump sebelumnya menolak untuk mengatakan apakah dia akan menerima hasil pilpres. Dia kerap kali bercanda dan menyatakan bahwa dia berencana memperpanjang masa jabatannya melewati dua periode yang ditetapkan konstitusi.
Namun, penolakannya untuk menjamin transisi damai dinilai akan membuat khawatir lawan-lawannya yang sebelumnya juga telah gelisah melihat langkah Trump menggunakan aparat penegak hukum untuk memadamkan protes di kota-kota besar.
Senator Mitt Romney, seorang Republikan yang sempat berselisih dengan Trump di masa lalu, mengecam komentar sang presiden pada Rabu malam.
"Hal yang fundamental bagi demokrasi adalah transisi kekuasaan secara damai," ujar Romney.
"Setiap pernyataan yang menuturkan bahwa presiden tidak menghormati jaminan konstitusional ini tidak dapat diterima," imbuhnya.
Trump sebelumnya mengatakan bahwa saingannya, Joe Biden, hanya akan menang pada November jika pilpres itu "dicurangi".
Demokrat telah lama khawatir bahwa Trump mungkin akan berusaha mempertahankan kekuasaan menggunakan otoritasnya sebagai presiden.
Ketua DPR Nancy Pelosi menyatakan bahwa Trump mungkin harus "disingkirkan" dari jabatannya jika dia menolak untuk menerima hasil pilpres nanti.
Trump sendiri tidak berusaha meredam spekulasi bahwa dia tidak akan meninggalkan jabatannya. Ketika ditanya dalam wawancara dengan Fox News apakah dia bisa menerima hasil pemilu nanti, dia membantahnya.
"Tidak. Saya harus melihat (hasilnya)," kata Trump.
"Saya harus melihatnya sendiri. Tidak, saya tidak akan hanya mengatakan 'ya," pungkas Trump. (CNN)