close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pembuat kue, Torsten Roth, memperlihatkan kue berbentuk coronavirus dan antibodi di Erfurt, Jerman, Selasa (31/3/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Karina Hessland
icon caption
Pembuat kue, Torsten Roth, memperlihatkan kue berbentuk coronavirus dan antibodi di Erfurt, Jerman, Selasa (31/3/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Karina Hessland
Dunia
Rabu, 01 April 2020 14:44

Turkmenistan larang penggunaan kata coronavirus

Warga Turkmenistan yang menggunakan masker atau berdiskusi tentang coronavirus jenis baru di tempat publik dapat ditangkap polisi.
swipe

Organisasi internasional yang mengawasi kebebasan media, Reporters Without Borders (RSF), pada Selasa (31/3) mengatakan bahwa pemerintah Turkmenistan telah melarang media lokal menggunakan kata "coronavirus" dalam pemberitaannya.

Mengutip laporan dari media independen Chronicles of Turkmenistan, RSF menyebut bahwa pemerintahan Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov juga mengumumkan bahwa kata "coronavirus" akan dihapus dari brosur informasi kesehatan yang umumnya diedarkan di sekolah, rumah sakit, dan tempat kerja.

Selain itu, RSF menuturkan bahwa warga Turkmenistan yang menggunakan masker atau berdiskusi tentang coronavirus jenis baru di tempat publik dapat ditangkap polisi.

"Penolakan informasi ini tidak hanya membahayakan warga Turkmenistan, tetapi juga memperkuat otoritarianisme yang diterapkan Presiden Berdymukhamedov," tutur Kepala RSF untuk Eropa Timur dan Asia Tengah Jeanne Cavelier.

Turkmenistan menduduki peringkat terakhir dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2019 yang dirilis RSF. Pakar politik Asia Tengah dari Columbia University, Alexander A. Cooley, menyebut bahwa pemerintah Turkmenistan memiliki kontrol kuat atas informasi yang beredar di negara tersebut.

"Melarang penggunaan kata 'coronavirus' mungkin tampak terlalu ekstrem bagi kita, tetapi bagi negara yang memiliki kontrol ketat atas media, langkah itu dianggap lumrah," jelas Cooley.

Negara Asia Tengah yang kaya akan gas itu sejauh ini belum melaporkan kasus infeksi Covid-19. Sementara negara tetangganya, Iran, telah mencatat lebih dari 44.000 kasus positif. (NBC News dan Daily Sabah)

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan