close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Asap mengepul setelah serangan Rusia di pinggiran Bakhmut, Ukraina, Selasa, 27 Desember 2022. AP Photo/Libkos
icon caption
Asap mengepul setelah serangan Rusia di pinggiran Bakhmut, Ukraina, Selasa, 27 Desember 2022. AP Photo/Libkos
Dunia
Rabu, 28 Desember 2022 08:17

Lavrov: Ukraina harus lakukan demiliterisasi atau Rusia yang melakukannya

Sergey Lavrov juga menuduh Kyiv dan Barat memicu perang dengan melakukan invasi ke Moskow.
swipe

Menteri Nuar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (27/12) waktu setempat, kembali memperingatkan Ukraina bahwa negara itu harus melakukan demiliterisasi, jika tidak akan ada aksi militer lebih lanjut. Dia juga menuduh Kyiv dan Barat memicu perang dengan melakukan invasi ke Moskow.

Sergey Lavrov mengatakan Ukraina harus menghilangkan ancaman militer apa pun ke Rusia, jika tidak, tentara Rusia (akan) menyelesaikan masalah ini. Komentarnya juga mencerminkan klaim tak berdasar yang terus-menerus oleh Kremlin bahwa Ukraina dan sekutu Baratnya bertanggung jawab atas perang yang telah berlangsung selama 10 bulan, dan telah menewaskan puluhan ribu orang serta membuat jutaan orang terlantar.

Rusia melancarkan perang pada 24 Februari, setelah menuduh adanya ancaman terhadap keamanannya dan rencana untuk membawa NATO ke depan pintunya. Lavrov menegaskan kembali pada Selasa bahwa Barat memberi dukungan perang di Ukraina untuk melemahkan Rusia, dan mengatakan bahwa lamanya konflik akan tergantung pada Kyiv dan Washington.

“Mengenai durasi konflik, bola ada di pihak rezim (Kyiv) dan Washington yang mendukungnya,” kata Lavrov kepada kantor berita Tass. “Mereka dapat menghentikan perlawanan yang tidak masuk akal kapan saja,” kata dia lagi.

Dalam responsnya penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak dalam cuitannya di tweeted mengatakan "Rusia perlu menghadapi kenyataan."

Ukraina akan mendemiliterisasi Federasi Rusia sampai akhir, mengusir penjajah dari semua wilayah pendudukan. Tunggu finalnya,”

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan kepada Associated Press dalam sebuah wawancara bahwa pemerintahnya menginginkan pertemuan puncak untuk mengakhiri perang tetapi dia tidak mengharapkan partisipasi Rusia.

Kuleba mengatakan Ukraina menginginkan KTT "perdamaian" dalam waktu dua bulan dengan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres bertindak sebagai mediator. Namun dia juga mengatakan bahwa Rusia harus menghadapi pengadilan kejahatan perang sebelum negaranya berbicara langsung dengan Moskow.

Kedua pernyataan tersebut menggambarkan betapa rumit dan sulitnya upaya untuk mengakhiri perang. Ukraina telah mengatakan di masa lalu bahwa ia tidak akan bernegosiasi dengan Rusia sebelum penarikan penuh pasukannya, sementara Moskow menegaskan perolehan militernya dan aneksasi Semenanjung Krimea pada 2014 tidak dapat diabaikan.

Bersaksi tentang kesulitan perang, keluarga tawanan perang Ukraina diyakini ditahan oleh Rusia pada Selasa mengatakan musim liburan Natal sangat menyakitkan dan mengimbau lebih banyak yang harus dilakukan untuk membawa pulang orang yang mereka cintai.

Baik Ukraina maupun Rusia tidak mengungkapkan jumlah pasti tawanan perang yang mereka miliki, sementara ratusan telah dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan. Suami Iryna Latysh, Yevhen, ditangkap tepat 300 hari yang lalu, pada hari-hari awal perang, dan dia mengatakan Natal tidak sama tanpa dia.

Penyelidik hak asasi manusia PBB telah memperingatkan bahwa tawanan perang Ukraina tampaknya menghadapi penganiayaan “sistematis” -termasuk penyiksaan-baik ketika mereka ditangkap maupun ketika mereka dipindahkan ke wilayah yang dikendalikan oleh pasukan Rusia atau Rusia sendiri.

Sementara itu, pertempuran sengit berlanjut pada Selasa di wilayah Donetsk dan Luhansk yang diklaim Rusia, yang baru-baru ini menjadi tempat bentrokan paling intens.

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan, pasukan Rusia berusaha mengepung kota Bakhmut di wilayah Donetsk, tetapi tidak berhasil. Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan, pertempuran sengit juga berlangsung di sekitar kota Kreminna di wilayah Luhansk.

Di wilayah Kherson selatan yang sebagian diduduki, pihak berwenang Ukraina mengatakan, pasukan Rusia menembaki wilayah yang dikuasai Ukraina sebanyak 40 kali pada Senin, melukai satu orang, Kota Kherson sendiri-yang direbut kembali Ukraina bulan lalu dengan kemenangan besar-mendapatkan sasaran 11 kali, kata administrator regional Yaroslav Yanushevich.

Sejak  awal perang 10 bulan yang lalu, Rusia hanya memperoleh sedikit keuntungan besar, dan sering menghancurkan infrastruktur Ukraina dan meninggalkan jutaan orang tanpa listrik, pemanas, dan air panas di tengah kondisi musim dingin.

Lavrov tidak merinci bagaimana tentara Rusia akan mencapai tujuannya untuk mendemiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina-yang merupakan tujuan yang dinyatakan Rusia ketika invasi dimulai pada bulan Februari. Referensi untuk "denazifikasi" berasal dari tuduhan Rusia bahwa pemerintah Ukraina sangat dipengaruhi oleh kelompok nasionalis radikal dan neo-Nazi. Klaim itu dicemooh oleh Ukraina dan Barat.

Lavrov memperingatkan dukungan Barat lebih lanjut untuk Ukraina dapat menyebabkan konfrontasi langsung.

“Kami terus memperingatkan musuh kami di Barat tentang bahaya dari tindakan mereka untuk meningkatkan krisis Ukraina,” katanya, seraya menambahkan bahwa “risiko bahwa situasi dapat lepas kendali tetap tinggi.”

“Tujuan strategis AS dan sekutu NATO-nya adalah memenangkan kemenangan atas Rusia di medan perang untuk melemahkan atau bahkan menghancurkan negara kita secara signifikan,” katanya.

Pada Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani keputusan yang melarang ekspor minyak ke negara-negara yang mendukung batas harga US$60 per barel yang diumumkan oleh Uni Eropa dan negara-negara Kelompok Tujuh dalam upaya untuk mengurangi pendapatan Moskow selama masa perang. Larangan mulai berlaku pada Februari dan berlangsung hingga Juli.

Batas harga lebih tinggi dari harga jual minyak Rusia dalam beberapa pekan terakhir, sehingga potensi dampak larangan Putin sepertinya tidak berhasil.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan