Ulama syiah Moqtada al-Sadr yang memiliki jutaan pengikut memutuskan untuk pensiun dari urusan politk. Hal ini di sampaikan olehnya melalui akun Twitternya @Mu_AlSadr.
Kondisi krisis bentukan pemerintah mengakibatkan ratusan pendukungnya melakukan protes selama berminggu-minggu. Atas hal itu, Sadr mengatakan, tidak ingin berdiskusi kembali terkait politik yang terjadi dan mengumumkan pensiun.
“Saya telah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam urusan politik, tetapi sekarang saya mengumumkan pensiun terakhir saya dan penutupan semua institusi (Sadris),” ucapnya.
Di sisi lain, beberapa situs keagamaan yang terkait dengan gerakannya akan tetap dibuka.
Sadr (48) sudah menjadi tokoh dominan dalam kehidupan publik dan politik Irak selama dua dekade terakhir. Dapat dikatakan, Sadr menjadi salah satu tokoh Irak yang paling dikenal dengan memiliki ciri khas dari sorban hitamnya, mata gelap, dan postur tubuh yang tinggi. Ia telah memperjuangkan rakyat Irak biasa yang dilanda pengangguran tinggi, pemadaman listrik terus-menerus, dan korupsi.
Dia adalah salah satu dari sedikit tokoh yang dapat dengan cepat memobilisasi ratusan ribu pendukung ke jalan-jalan, dan menarik mereka turun lagi. Ratusan orang telah berkemah di luar parlemen sejak menyerbunya dua kali pada Juli dan Agustus sebagai protes atas kebuntuan itu.
Tentara Mehdi-nya sebagai salah satu milisi paling kuat. Ia bertugas untuk memerangi pasukan pemerintah AS dan sekutu Irak setelah invasi pimpinan AS yang menjatuhkan mantan penguasa Saddam Hussein.
Ia mengganti namanya menjadi Brigade Perdamaian, tetapi mempertahankan menjadi salah satu milisi terbesar yang sekarang menjadi bagian dari angkatan bersenjata Irak.
Tentara Mahdi memiliki hubungan dengan Iran, namun Sadr menjauhkan diri dari tetangga Syiah Irak dan menganggap dirinya sebagai nasionalis. Hal ini bertujuan untuk mengakhiri pengaruh AS dan Iran atas urusan dalam negeri Irak.