Pada Selasa (10/12), Uni Eropa menetapkan pengenaan tarif bea impor sebesar 8-18% atas sejumlah produk biodiesel dari Indonesia. Ini merupakan tindakan perlawanan blok itu atas subsidi yang dinilai tidak adil.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket menyatakan bahwa tarif tersebut dapat dibatalkan jika Komisi Eropa menilai sudah tidak ada praktik subsidi tidak adil.
"Bisakah kebijakan tarif ini berubah? Tentu bisa, jika tinjauan rutin Komisi Eropa mengungkapkan sudah tidak ada praktik subsidi tidak adil oleh produsen biofuel di Indonesia," tutur Dubes Piket dalam 'EU End of Year Media Gathering' di Hotel Ayana, Jakarta, pada Rabu (11/12).
Dubes Piket menjelaskan, tarif itu hanya berlaku bagi sejumlah produsen biofuel di Indonesia seperti PT Ciliandra Perkasa, PT Wilmar Bioenergi Indonesia, dan PT Musim Mas.
"Jadi, tarif ini merupakan tarif yang sangat ditargetkan. Tidak ada hubungannya dengan kenaikan tarif keseluruhan bagi biodiesel Indonesia," jelas dia.
Dia menyebut, Komisi Eropa telah menganalisis sejak Desember 2018 dan menyimpulkan bahwa sejumlah perusahaan Indonesia mendapat manfaat dari subsidi. Hal itu, lanjutnya, membuat produk biodiesel mereka tidak bersaing secara adil di pasar Uni Eropa.
Komisi Eropa menilai produsen biofuel Indonesia telah menjual produk biodiesel dengan harga yang lebih rendah. Penyelidikan terhadap kasus subsidi biodiesel ini menemukan bahwa produsen Indonesia mendapat manfaat dari subsidi, pajak, hingga akses terhadap bahan baku di bawah harga pasar.
Tarif impor tersebut, jelasnya, bertujuan untuk mengompensasi keuntungan yang secara tidak adil diterima sejumlah produsen biofuel sebagai hasil dari subsidi.
"Segera setelah subsidi itu ditarik, maka playing field akan kembali seimbang. Itulah solusi yang Uni Eropa kejar," kata Piket.
Pada Selasa, Bloomberg melaporkan bahwa langkah Uni Eropa bakal memicu pemerintah Indonesia mengenakan tarif balasan terhadap produk susu dan turunannya dari Uni Eropa.
Merespons kabar tersebut, Dubes Piket mengatakan bahwa Uni Eropa menghormati Indonesia dan berharap melalui dialog, kedua pihak dapat bergerak maju dan menghindari dampak negatif yang berpotensi terjadi.
Komisi Uni Eropa memperkirakan pasar biodiesel di kawasan tersebut mencapai 9 miliar euro atau sekitar US$10 miliar. Indonesia mengisi pasar biodiesel di Uni Eropa sebesar 400 juta euro.