Universitas gusur kemah pro-Palestina, demonstran mahasiswa anti-perang terus protes
Sejumlah universitas Amerika Serikat menutup perkemahan pro-Palestina di areal kampus setelah laporan aktivitas antisemit. Tapi nyali para demonstran mahasiswa yang memprotes perang Israel-Hamas di kampus-kampus di seluruh AS terus menyala justru ketika puluhan rekannya ditangkap.
Amarah mahasiswa dipicu meningkatnya jumlah korban tewas dalam perang di Gaza. Para pengunjuk rasa di seantero Negeri Paman Sam menuntut agar beberapa universitas memutuskan hubungan keuangan dengan Israel. Serta melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan Zionis yang mereka anggap memantik konflik.
Beberapa mahasiswa Yahudi mengatakan protes tersebut telah berubah menjadi antisemitisme. Mereka mengaku takut untuk kuliah di kampus.
Polisi antihuru-hara menggusur sebuah perkemahan di kampus Universitas Northeastern di Boston. Polisi Negara Bagian Massachusetts mengatakan sekitar 102 pengunjuk rasa ditangkap dan akan didakwa melakukan pelanggaran dan perilaku tidak tertib. Para demonstran mengatakan mereka diberi waktu sekitar 15 menit untuk bubar sebelum ditangkap.
Para pekerja membongkar tenda perkemahan tatkala puluhan orang di seberang tenda berteriak, “Biarkan Mahasiswa Pergi,” sambil mengusung slogan yang menentang perang di Gaza. Mereka juga mencemooh saat mobil polisi lewat dan mengejek petugas yang berjaga di perkemahan.
Universitas tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa demonstrasi, yang dimulai dua hari lalu, telah “disusupi oleh penyelenggara profesional” yang tidak berafiliasi dengan kampus tersebut dan hinaan antisemit, termasuk “bunuh orang Yahudi,” telah dilontarkan.
“Kami tidak bisa mentolerir kebencian semacam ini di kampus kami,” kata pernyataan yang diposting di platform media sosial X dikutip Associated Press.
Kelompok mahasiswa Huskies for a Free Palestine membantah pernyataan universitas tersebut. Seraya mengatakan bahwa para pengunjuk rasa tandingan harus disalahkan atas hinaan tersebut dan tidak ada mahasiswa pengunjuk rasa yang “mengulangi ujaran kebencian yang menjijikkan.”
Para mahasiswa yang ikut dalam protes tersebut mengatakan bahwa seorang pengunjuk rasa berupaya menghasut ujaran kebencian namun bersikeras bahwa aksi mereka berlangsung damai. Seperti banyak pengunjuk rasa lainnya, aksi mereka bertujuan untuk menarik perhatian terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai “genosida” di Gaza. Terutama keterlibatan universitas mereka dalam perang tersebut.
Presiden Massachusetts Institute of Technology mengeluarkan pernyataan pada hari Sabtu (27/4) yang mengatakan bahwa perkemahan di sana telah menjadi “magnet potensial bagi para pengunjuk rasa dari luar yang mengganggu”.
“Kami memiliki tanggung jawab terhadap seluruh komunitas MIT – dan tidak mungkin mempertahankan upaya sebesar ini dengan aman,” kata Presiden MIT Sally Kornbluth.
“Kami terbuka untuk diskusi lebih lanjut tentang cara menyudahi perkemahan. Namun bentuk ekspresi seperti ini harus segera diakhiri.”
Petugas kampus Indiana University dan polisi negara bagian menangkap 23 orang pada hari Sabtu di sebuah perkemahan di kampus Bloomington. Tenda dan kanopi telah didirikan Jumat malam di Dunn Meadow yang melanggar kebijakan kampus, kata polisi universitas dalam rilisnya. Anggota kelompok tersebut ditahan setelah menolak untuk memindahkan tenda tersebut, kata polisi. Tuduhan berkisar dari pelanggaran pidana hingga penolakan terhadap penegakan hukum.
Di University of Pennsylvania pada hari Jumat, Presiden sementara J. Larry Jameson menyerukan agar perkemahan para pengunjuk rasa di kampus barat Philadelphia dibubarkan. Dikatakan, hal itu melanggar kebijakan fasilitas universitas, meskipun sekitar 40 tenda tetap berada di tempatnya pada Sabtu pagi.
Sebuah kelompok fakultas mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka “sangat terganggu” dengan email rektor universitas tersebut, dan mengatakan bahwa email tersebut berisi “tuduhan tidak berdasar” yang “telah dibantah oleh fakultas dan mahasiswa yang telah menghadiri dan mengamati demonstrasi tersebut.”
Asosiasi Profesor Universitas Amerika di universitas tersebut mengatakan bahwa pernyataan Jameson “salah mengkarakterisasi sifat keseluruhan dari protes anti-perang yang tentu saja melibatkan emosi yang kuat di kedua belah pihak tetapi, sepengetahuan kami, tidak melibatkan kekerasan atau ancaman kekerasan yang sebenarnya terhadap individu kampus di negara kita."
Di Columbia University, tempat para pengunjuk rasa menginspirasi demonstrasi pro-Palestina di seluruh AS, para mahasiswa yang mewakili perkemahan tersebut mengatakan bahwa mereka menemui jalan buntu dengan pihak kampus dan bermaksud untuk melanjutkan protes mereka.
Keputusan untuk memanggil penegak hukum, yang menyebabkan ratusan penangkapan di seluruh negeri, telah mendorong anggota fakultas di universitas-universitas di California, Georgia, dan Texas untuk memulai atau memberikan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan mereka. Berbagai pernyataan tersebut sebagian besar merupakan teguran simbolis, tanpa kekuasaan untuk memecat presiden mereka.
Namun ketegangan tersebut menambah tekanan pada pejabat kampus, yang sudah berusaha keras untuk menyelesaikan protes menjelang upacara wisuda bulan Mei mendatang.
University of Southern California menuai kritik setelah menolak mengizinkan pembaca pidato perpisahan, yang secara terbuka mendukung Palestina, untuk menyampaikan pidato wisuda. Rektorat kemudian membatalkan pidato utama sutradara film Jon M. Chu. Universitas tersebut mengumumkan pembatalan acara wisuda utamanya pada hari Kamis, sehari setelah lebih dari 90 pengunjuk rasa ditangkap oleh polisi antihuru-hara.
Presiden USC Carol Folt membuat pernyataan publik pertamanya pada Jumat malam yang membahas kontroversi tersebut sebagai hal yang “sangat sulit bagi semuanya.”
Arizona State University mengatakan 69 orang ditangkap Sabtu pagi karena dicurigai melakukan pelanggaran pidana karena mendirikan perkemahan tanpa izin di halaman kampus. Para pengunjuk rasa diberi kesempatan untuk pergi, dan mereka yang menolak akan ditangkap.
Columbia University telah melarang pemimpin protes mahasiswa, yang mengatakan “Zionis tidak pantas untuk hidup,” dari kampusnya, juru bicara universitas mengkonfirmasi kepada The Hill pada hari Jumat.
Khymani James, penyelenggara protes pro-Palestina di universitas tersebut, juga mengatakan dalam sebuah video yang baru-baru ini muncul kembali dari tayangan pertamanya di awal tahun ini. Katanya, orang-orang harus “bersyukur bahwa saya tidak keluar membabi-buta dan membunuh Zionis.” Komentar itu muncul pada saat dia bertemu dengan pejabat kampus melalui postingan media sosial yang dia tulis tentang memerangi Zionis.(apnews,thehill)