close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pengiriman barang China/ Shutterstock
icon caption
Ilustrasi pengiriman barang China/ Shutterstock
Dunia
Kamis, 15 Maret 2018 18:01

Untung rugi perang dagang antara China dengan AS

China bisa saja mempertimbangkan kebijakan yang merugikan bagi perusahaan asal AS di China. 
swipe

Hubungan perdagangan antara China dengan Amerika Serikat (AS) makin dingin, pasca Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif untuk baja dan alumunium impor. Meski begitu, China bersikap tenang atas kebijakan perdagangan yang memberatkan tersebut. 

Usai Gedung Putih mengumumkan tarif impor baja 25% dan alumunium sebesar 10%, China memang tidak langsung membalas dengan kebijakan ekonomi yang menekan AS. Negara tembok besar ini justru seperti tidak ingin ambil pusing dengan keputusan tersebut. 

Hal ini tercermin dari pernyataan Menteri Perdagangan China Zhong Shan pada pekan ini. Zhong bilang bahwa China tidak akan terpancing atas kebijakan-kebijakan yang dinilai merugikan. Bahkan ia menegaskan tidak ada perang dagang antara China dan AS seperti yang selama ini ditulis oleh sejumlah media. 

"Tidak ada pemenang dalam perang dagang. Justru yang ada membawa bencana bagi kedua negara bahkan ke seluruh dunia," tukas Zhong seperti dikutip dari CNBC

Apa yang dikatakan Zhong seakan menandaskan tidak ada perang antara kedua negara. Bahkan Zhong tegas menyebut tidak akan mengubah strategi investasi di negaranya yang mulai terbuka dengan investor asing. Para pengusaha China memang gusar atas kebijakan AS tersebut dan meminta pengetatan kerjasama perdagangan dengan negeri Paman Sam. 

Namun Pemerintah China sepertinya tidak setuju untuk membatasi investasi asing. Sebab, China ingin mengubah citra sebagai negara yang ramah investasi. Apalagi nilai investasi asing di China mulai menggembirakan tembus hingga US$ 136,3 miliar pada tahun lalu. 

China juga disebut menjadi tujuan investasi global teratas. Negara tembok besar tengah meliberalisasi industri manufaktur dan memperluas pembukaan sektor seperti: perawatan medis, pendidikan dan kendaraan energi baru. 

Di sisi lain, kebijakan AS disebut justru bakal merugikan AS. Robert Ross profesor ilmu politik di Boston College mengatakan bahwa China tidak terganggu dengan kebijakan tersebut. Menurut Ross, China dinilai memiliki pasar yang sangat besar dan ekonomi yang sangat kuat. 

Justru seharusnya AS harus waspada dengan China. Sebab, bisa saja mempertimbangkan kebijakan merugikan bagi perusahaan asal AS yang berada di China. 

Harus diingat dua hal. Pertama, ekspor China ke AS telah memperbaiki standar hidup Amerika karena menjual barang-barang yang lebih murah ke AS. Kedua, ada banyak sekali perusahaan Amerika yang menghasilkan sejumlah besar keuntungan di dalam China seperti: Apple, Buick dan perusahaan Amerika lainnya. 

Mengutip periset China, Zhong mengatakan bahwa AS telah melebih-lebihkan defisit perdagangannya dengan China sekitar 20% setiap tahunnya. AS tidak pernah memberikan rincian tentang bagaimana angka ini tercapai dan tidak pernah melaporkan secara luas perbedaan angka perdagangan. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan