Para ilmuwan dan pejabat di China tengah berupaya untuk mengisolasi virus babi mematikan yang berpotensi mengancam industri babi nasional negara itu.
Menurut Reuters, virus demam babi Afrika atau African swine fever ditemukan di sebuah peternakan di Mongolia Dalam. Delapan babi mati dan 14 lainnya terinfeksi.
Sejak 1 Agustus, virus telah menyebar ke tujuh provinsi di China, ungkap laporan Bloomberg. Sekitar 40.000 babi telah mati, fenomena ini menganggu industri daging babi dalam negeri yang bernilai US$128 miliar.
China, telah memperkenalkan beberapa aturan baru untuk mencoba mengekang penyebaran virus. Pejabat Tiongkok telah melarang pengiriman babi hidup atau produk babi dari daerah yang berbatasan dengan provinsi yang terkena wabah.
Selain itu, China juga memperkenalkan larangan memberi makan sampah dapur atau menggunakan pakan dari darah babi.
African swine fever adalah virus yang menyerang babi. Saat ini tidak ada vaksin untuk memeranginya. Virus itu tidak memengaruhi manusia.
Bulan lalu, badan Pangan dan Pertanian PBB memperingatkan wabah itu bisa pindah ke negara-negara tetangga di Asia. (USA Today)