Wali Kota Amsterdam Femke Halsema telah secara resmi meminta maaf atas peran kotanya dalam tindakan perbudakan pada masa kolonial.
Halsema mengatakan, sudah waktunya untuk mengakui ketidakadilan besar yang merupakan perbudakan kolonial sebagai bagian dari identitas Amsterdam.
Permintaan maaf itu disampaikan saat liburan tahunan yang menandai berakhirnya perbudakan di koloni Belanda pada 1800-an.
Tahun lalu, dewan kota memberikan suara untuk menyampaikan permintaan maaf dan panel penasehat telah meminta pemerintah nasional untuk mengambil langkah yang sama.
"Saya meminta maaf atas keterlibatan aktif dewan kota Amsterdam dalam sistem komersial perbudakan kolonial dan perdagangan orang-orang yang diperbudak di seluruh dunia," kata Halsema dalam pidatonya pada Kamis (1/7).
Halsema mengatakan bahwa meskipun mengakui warisan perbudakan adalah langkah benar, tidak ada satu pun warga Amsterdam yang hidup hari ini yang dapat disalahkan atas masa lalu yang kelam.
Permintaan maafnya membuat wali kota sayap kiri tersebut berselisih dengan Perdana Menteri Mark Rutte, yang saat ini sedang dalam pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru.
Rutte menolak seruan untuk permintaan maaf resmi negara pada tahun lalu ketika protes yang dipicu oleh kematian George Floyd dalam tahanan polisi melanda dunia.
Dalam debat parlemen tentang rasialisme, PM Rutte menilai bahwa permintaan maaf semacam itu dapat mempolarisasi masyarakat dan membawa kembali kenangan menyakitkan bagi sebagian orang.
Namun, pemerintahnya membentuk panel penasihat independen untuk membuat rekomendasi yang tidak mengikat tentang isu ras dan diskriminasi.
Laporan panel yang dirilis pada Kamis menyarankan pemerintah untuk meminta maaf atas keterlibatan Belanda dalam perbudakan global, yang dikatakan bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Permintaan maaf atas perbudakan telah dikeluarkan oleh negara lain, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis.
*Peran Belanda dalam perdagangan budak
Perdagangan budak transatlantik melibatkan perpindahan paksa orang-orang dari Benua Afrika ke Amerika antara abad ke-16 dan ke-19.
Selama era ini, Belanda memiliki koloni yang luas di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, Afrika Selatan, Curaçao, New Guinea, dan sejumlah wilayah lainnya.
Menjajah wilayah-wilayah tersebut membantu Belanda menjadi kekuatan ekonomi global. Kekayaannya tumbuh lebih dari 200 tahun melalui Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC), yang memainkan peran utama dalam perdagangan budak.
Dewan kota Amsterdam mengatakan beberapa pejabat paling seniornya pada masa kolonial sangat terlibat dalam perdagangan budak.