close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam pembukaan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019 di Kantor Wapres RI, Jakarta, Senin (19/8). / Kementerian Luar Negeri RI
icon caption
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam pembukaan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019 di Kantor Wapres RI, Jakarta, Senin (19/8). / Kementerian Luar Negeri RI
Dunia
Senin, 19 Agustus 2019 18:28

Wapres JK: SCKD 2019 ajang diaspora dorong pembangunan bangsa

Program SCKD 2019 telah berjalan sejak 2016. Acara ini diselenggarakan di Hotel Sultan, Jakarta, pada 19-25 Agustus.
swipe

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai bahwa Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019 dapat menjadi ajang bagi para ilmuwan diaspora untuk mendorong pembangunan bangsa melalui bidang pendidikan.

"Pemerintah Indonesia sadar pendidikan harus dijalankan sebaik-baiknya, maka itu segala upaya kami lakukan untuk memaksimalkannya," tutur Wapres JK dalam pembukaan SCKD 2019 di Kantor Wapres RI, Jakarta, pada Senin (19/8).

SCKD 2019 merupakan program yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI yang berjalan sejak 2016. Acara yang diselenggarakan di Hotel Sultan Jakarta pada 19-25 Agustus ini merupakan hasil kerja sama Kemenristekdikti dengan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) dan Direktorat Jenderal Diplomasi dan Informasi Publik Kementerian Luar Negeri RI.

Simposium tersebut mengundang 52 ilmuwan diaspora dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian di 13 negara untuk bertukar pengalaman dengan mahasiswa, akademisi, ilmuwan, hingga pejabat perguruan tinggi dalam negeri untuk berkolaborasi dan menciptakan karya yang dapat berdampak positif bagi pendidikan nasional maupun internasional.

JK mengatakan bahwa sebenarnya para diaspora tidak perlu kembali ke Indonesia untuk membantu bangsa, dia justru mendorong mereka untuk menuntut ilmu dan belajar dari banyak negara.

"Diaspora menjadi bagian kemajuan negaranya, bukan sebaliknya. Tidak ada kewajiban bagi mereka untuk kembali ke sini," tutur JK.

Dia menjelaskan, SCKD 2019 dapat digunakan bagi para diaspora untuk bertukar pengalaman kepada masyarakat Indonesia guna menunjang kualitas pendidikan dalam negeri.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Mohammad Nasir menyebut bahwa para ilmuwan diaspora yang terlibat dalam SCKD 2019 diharapkan dapat membantu agar masa depan Indonesia menjadi lebih baik. Diaspora, lanjutnya, dapat mendorong perwujudan impian Presiden RI Joko Widodo yang ingin pemerintahannya fokus membangun SDM Indonesia.

"Merupakan hal yang penting bagaimana seluruh WNI yang berada di luar negeri dapat berkontribusi untuk membangun pendidikan dan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik," tambah Nasir.

Nasir menyatakan, Kemenristekdikti berharap SCKD 2019 dapat ditindak lanjuti dengan upaya para ilmuwan diaspora untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia.

"Para diaspora dapat membimbing mahasiswa Indonesia dan membangun jaringan antara perguruan tinggi Indonesia dan negara tempat mereka menetap," ungkap dia.

Senada dengan Nasir, Wakil Menteri Luar Negeri RI A. M. Fachir mengatakan Kemlu RI berharap para ilmuwan diaspora dapat berkontribusi mengembangkan kapasitas SDM dalam negeri.

"Selain berbagi pengalaman, mereka juga dapat membawa potensi kerja sama bidang pendidikan ke Indonesia," jelas Wamnelu Fachir.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan