Korea Selatan dan Jepang memiliki sejarah pahit yang bersumber dari masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945.
Publik Korea Selatan mengecam iklan TV, Uniqlo, sebuah merek fesyen Jepang, karena dianggap mengolok-olok korban kerja paksa era kolonialisme Negeri Sakura.
Hubungan antara kedua negara telah merosot ke titik terendah dalam beberapa dekade terakhir setelah pada 2018, Mahkamah Agung Korea Selatan memutuskan bahwa Nippon Steel dan Mitsubishi Heavy Industries harus memberikan kompensasi kepada warga Korea Selatan yang menjadi korban kerja paksa pada masa perang.
Setelahnya, pada Juli 2019, Jepang memperketat kontrol terhadap ekspor tiga bahan utama teknologi tinggi ke Korea Selatan. Itu mendorong boikot besar-besaran atas produk Jepang, mulai dari bir hingga pena.
Video YouTube yang dibuat oleh seorang mahasiswa Korea Selatan bernama Youn Dong-hyeun yang memparodikan iklan Uniqlo menjadi viral. Ditonton lebih dari 101.000 kali dalam dua hari, video berdurasi 19 detik itu diunggah pada Sabtu (19/10).
Iklan Uniqlo yang mulai tayang di Korea Selatan sejak awal Oktober menampilkan Iris Apfel, ikon fesyen berusia 97 tahun asal Amerika Serikat, yang sedang berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan perancang busana berusia 12 tahun, Kheris Rogers.
Ketika Rogers bertanya bagaimana cara Apfel berpakaian saat remaja, wanita itu menjawab, "Saya tidak bisa mengingat sejauh itu."
Alih-alih menggunakan terjemahan harfiah dari kalimat tersebut, iklan yang tayang di Korea Selatan menggunakan subtitle yang bertuliskan, "Astaga! Bagaimana saya bisa mengingat sesuatu yang sudah terjadi 80 tahun lalu?".
Dalam video parodinya, Youn Dong-hyeun, berdiri dengan Yang Geum-deok, seorang wanita berusia 90 tahun yang merupakan korban pekerja paksa untuk Mitsubishi selama Perang Dunia II.
Menirukan iklan Uniqlo, Youn Dong-hyeun bertanya seberapa sulit kehidupan Yang Geum-deok saat masih muda.
"Mustahil untuk melupakan ingatan yang sangat menyakitkan itu," jawab Yang Geum-deok.
Kini, Youn Dong-heyun telah menambahkan subtitle Bahasa Inggris dan Jepang pada video parodinya.
Seoul dan Tokyo memiliki sejarah pahit yang berasal dari masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945, termasuk banyaknya wanita dan gadis asal Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil pada masa perang.
Uniqlo telah menarik iklan kontoversial itu dari Korea Selatan.
"Tidak ada niat untuk menyentuh masalah wanita penghibur atau perselisihan Korea Selatan-Jepang," kata seorang pejabat Uniqlo di Seoul yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Terjemahan tersebut, lanjutnya, dimaksudkan untuk membantu menyampaikan pesan dari iklan aslinya. Dia menolak untuk menyebutkan siapa yang bertanggung jawab atas terjemahan itu.
Sebelumnya, perusahaan itu telah melihat penjualan mereka turun tajam di Korea Selatan sebagai akibat dari boikot yang meluas terhadap produk Jepang.
Pemrotes di Korea Selatan menargetkan toko-toko Uniqlo, menuntut permintaan maaf resmi dari perusahaan tersebut.
Bang Seulkichan (22) adalah di antara mereka yang melakukan aksi demonstrasi di depan sebuah toko Uniqlo di Seoul. Dia memegang papan bertuliskan, "Colonial rule 80 years ago - we remember!".
Menteri Usaha Kecil dan Menengah Korea Selatan Park Young-sun pada Senin (21/10) mengatakan kepada komite parlemen bahwa kontroversi iklan tersebut sangat mengecewakan.