Keluarga di Tonga kini berjuang menghadapi trauma psikologis setelah erupsi dan tsunami menghantam negara itu pada dua pekan lalu. Para penyintas bahkan melarang anak-anak bermain di luar kompleks tenda darurat.
Mengutip Reuters, Senin (24/1), meski saluran komunikasi diperbaiki secara perlahan, terhubung dengan dunia luar tetap sulit bagi Tonga. Pulau-pulau terpencil juga terputus dari sambungan telepon. Selain menyediakan bantuan makanan, air, dan toilet untuk ratusan rumah tangga di pulau utama, Palang Merah juga memberi bantuan psikologis.
“Semua orang masih berjuang sekarang,” ujar Wakil Presiden Palang Merah Tonga, Drew Havea.
Dia mengatakan, sebagian penduduk pulau terpencil telah dievakuasi ke pulau utama Tongatapu, namun sebagian lainnya menolak untuk pergi. Dampak psikologis, terutama kekhawatiran akan bencana alam juga akan berpengaruh pada kehidupan mereka untuk sementara waktu.
Letusan gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai, yang terletak di Cincin Api Pasifik aktif secara seismik menyebabkan gelombang tsunami di Samudra Pasifik dan terdengar 2.300 km hingga ke Selandia Baru. Letusan itu begitu kuat, sehingga satelit ruang angkasa menangkap tidak hanya awan abu besar, tetapi juga gelombang kejut atmosfer yang memancar keluar dari gunung berapi.
Warga Tonga yang juga pemilik resor di Pantai Vakaloa, John Tukuafu, sempat berpikir dunia akan segera berakhir. Dia harus segera menyelamatkan keluarganya.
Resor yang berada di Kanokupolu itu merupakan daerah paling terkena dampak di Tongatapu. Butuh waktu setidaknya seminggu bagi Tukuafu dan banyak orang lain untuk pulih dari suara letusan yang menakutkan.
"Terlalu keras untuk mendengar tapi aku bisa merasakannya. Rumah itu bergetar, jendela bergetar dan menjadi semakin intens sampai ledakan," katanya.
Sekarang warga hanya berharap akan turun hujan untuk membersihkan sisa abu.
Kecemasan berlebihan juga menghampiri orang Tonga di luar negeri. Terlebih saat Tonga terputus dari dunia luar.
Anak-anak muda yang tinggal di luar negeri sempat dipaksa untuk berhenti melihat ponsel mereka guna mengurangi kecemasan. Dengan listrik yang baru dipulihkan sepekan kemudian, situs berita Matangi Tonga baru mengunggah cerita pertamanya pada Sabtu sejak letusan dan tsunami. Tulisan itu menggambarkan hujan batu ketika puing-puing vulkanik jatuh dari langit.