close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Pexels
icon caption
Ilustrasi / Pexels
Dunia
Jumat, 03 Mei 2019 11:13

Warga Vietnam tersangka pembunuh Kim Jong-nam dibebaskan

Doan Thi Huong dibebaskan pada Jumat (3/5) pagi. Bersama Siti Aisyah dia dituduh membunuh kakak tiri Kim Jong-un.
swipe

Wanita asal Vietnam yang dituduh membunuh saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam, telah dibebaskan. Hal itu menjadikan salah satu misteri pembunuhan paling terkenal di dunia itu ke antiklimaks setelah dua tahun melewati proses berliku.

Doan Thi Huong dibebaskan dari penjara pada Jumat (3/5) pagi waktu setempat. Juru bicara penjara mengatakan bahwa Doan sudah pergi ke departemen imigrasi untuk diproses sebelum pulang ke Vietnam.

Selain Doan, WNI bernama Siti Aisyah dan empat pria asal Korea Utara dituduh terlibat dalam pembunuhan itu. Mereka dituduh menggosok racun saraf VX di wajah Kim Jong-nam ketika dia memasuki Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, pada Februari 2017. Racun saraf tersebut merenggut nyawa Kim Jong-nam hanya dalam hitungan menit.

Doan dan Siti Aisyah membantah telah terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam dan kompak meyakini mereka dijebak untuk ambil bagian dalam misi pembunuhan oleh agen Korea Utara. Pengacara mereka pun menyatakan kedua wanita itu hanya dijadikan kambing hitam.

Korea Utara secara konsisten membantah terlibat dalam pembunuhan tersebut, meskipun Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Malaysia berulang kali menyatakan Pyongyang merupakan pihak yang bertanggung jawab.

Pembunuhan di bandara yang sesak itu dengan cepat menarik perhatian internasional, banyak yang terkejut atas sifat pembunuhan yang kejam dan spontan.

Dengan bebasnya Doan, kemungkinan tidak akan ada pihak yang dihukum atas pembunuhan yang menggunakan salah satu senjata kimia paling mematikan tersebut.

"Para perencana, pelaku, dan pengawas pembunuhan Kim Jong-nam akhirnya memang lolos begitu saja," tutur Evans Revere, konsultan di kelompok Albright-Stonebridge dan mantan pejabat asisten menteri luar negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik. "Tidak ada yang akan bertanggung jawab atas serangan mengerikan ini."

Perubahan mendadak

Empat warga Korea Utara yang dituduh terlibat diyakini telah meninggalkan Malaysia tidak lama setelah pembunuhan itu dan hingga kini masih menjadi buron. Sedangkan Siti Aisyah dan Doan ditangkap beberapa hari usai pembunuhan terjadi.

Selama penyelidikan awal dan dalam sebagian besar persidangan, polisi dan jaksa penuntut kukuh meyakini kedua wanita itu bersalah. Oleh sebab itu, publik terkejut ketika pihak berwenang memutuskan untuk mengubah arah dan melucuti segala tuduhan pembunuhan.

Ahli hukum Malaysia, Ragunath Kesavan, menyampaikan bahwa publik tidak akan pernah tahu persis mengapa arah penuntutan terhadap kedua wanita itu berubah arah.

"Kami hanya bisa berspekulasi," tuturnya.

Kasus pembunuhan ini dimulai ketika Perdana Menteri Najib Razak masih berkuasa. Namun, dia dikalahkan dalam pemilu 2018 oleh mantan mentornya, Mahathir Mohamad. 

Mahathir kemudian menunjuk jaksa agung baru, Tommy Thomas, yang juga menangani kasus tersebut.

Siti Aisyah dibebaskan pada Maret 2019. Hakim memutuskan Discharge Not Amounting to Acquittal (tuntutan dihentikan dan Siti Aisyah bebas) atas kasusnya. Dia kembali ke Indonesia beberapa jam setelah persidangan.

Presiden Indonesia Joko Widodo mengklaim upaya lobi Indonesia yang intens membantu mengamankan pembebasan Siti Aisyah.

Sebulan setelah Siti Aisyah dibebaskan, Doan menerima dakwaan alternatif yang berujung kepada pembebasannya. Sesuai dengan dakwaan alternatif, Doan mengaku bersalah atas dakwaan yang lebih rendah.

Dia dijatuhi hukuman tiga tahun dan empat bulan penjara, tetapi dia dibebaskan karena mendapat remisi sepertiga dari hukumannya akibat perilaku yang baik.

Tidak ada keinginan lanjutkan penyelidikan

Pembunuhan itu terjadi di tengah kesibukan tes rudal balistik Korea Utara pada 2017. Pada 2018, Kim Jong-un menuai serangan diplomatik dari sejumlah negara akibat senjata nuklir milik Korea Utara.

Para analis menilai Pyongyang menggunakan kesempatan itu untuk mencoba mengalihkan perhatian dunia dari kasus pembunuhan Kim Jong-nam.

Direktur Eksekutif Program Asia dari La Trobe University, Euan Graham, mengatakan Korea Utara berhasil menggunakan serangkaian pertemuan dengan para pemimpin dunia untuk memperbaiki narasi internasional atas pembunuhan Kim Jong-nam.

Akibatnya, lanjut Graham, kini seperti tidak ada keinginan dari dunia untuk menuntaskan penyelidikan kasus pembunuhan Kim Jong-nam.

"Korea Utara tidak hanya lolos begitu saja, negara-negara Asia Tenggara bahkan telah berbaris untuk menjamu Kim Jong-un, termasuk Vietnam," kata dia.

Andrei Lankov, ahli Korea Utara di Kookmin University di Seoul, menyatakan kasus pembunuhan itu hanya akan menguap dalam ingatan seperti yang terjadi atas sejumlah operasi rahasia dan pembunuhan yang didalangi Korea Utara di luar negeri.

Dalam beberapa dekade terakhir, Pyongyang dituduh menculik warga Jepang, Korea Selatan, dan Rusia. Selain itu, Korea Utara dituduh membunuh sejumlah politikus Korea Selatan dan bahkan diduga meledakkan pesawat Korean Air dalam upaya menggagalkan Olimpiade Musim Panas pada 1988, menewaskan 115 orang.

"Jika tindakan teror yang menewaskan banyak orang yang tidak bersalah saja dilupakan oleh dunia, apa yang Anda harapkan dari pembunuhan bermotif politik yang pada dasarnya tidak menimbulkan kerusakan di publik?" kata Lankov.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan