Negara-negara tidak dapat begitu saja mengarantina wilayah untuk menghentikan penyebaran coronavirus jenis baru. Demikian disampaikan ahli kedaruratan WHO.
Langkah-langkah kesehatan masyarakan diperlukan untuk menghindari kebangkitan virus di kemudian hari.
"Yang benar-benar perlu kita fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka dan mengisolasinya," ujar Mike Ryan dalam wawancara dengan BBC.
"Bahaya karantina wilayah ... jika kita tidak menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat sekarang, maka ketika karantina dicabut, bahayanya penyakit ini akan muncul kembali."
Sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat mengikuti jejak China dan sejumlah negara Asia lainnya dengan memperkenalkan pembatasan drastis untuk memerangi Covid-19, memerintahkan para pekerja bekerja dari rumah, menutup sekolah, bar, pub, dan restoran.
Ryan menuturkan contoh-contoh yang ditunjukkan China, Singapura dan Korea Selatan, yaitu pembatasan ketat yang diikuti dengan uji Covid-19 bagi orang yang dicurigai terjangkit, sepatutnya menjadi model bagi Eropa. WHO mengatakan bahwa Eropa telah menggantikan Asia sebagai pusat pandemik.
"Setelah kita menekan penularan, kita harus mendeteksi virusnya. Kita harus berjuang melawan virus," tutur Ryan.
Italia sekarang adalah negara yang paling parah terdampak coronavirus jenis baru di dunia. Hingga berita ini diturunkan, negara itu mencatat 59.138 kasus positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 5.476 orang meninggal dan 7.024 dinyatakan sembuh.
Ryan menambahkan bahwa sejumlah vaksin sedang dikembangkan, tetapi hanya satu yang mulai melakukan uji coba pada manusia, yaitu di Amerika Serikat. Namun, Ryan menekankan agar orang-orang realistis.
"Kita harus memastikan bahwa itu benar-benar aman ... kita bicara (jangka waktu) setidaknya satu tahun," ujar dia. "Vaksin akan datang, tetapi kita harus ... melakukan apa yang harus kita lakukan sekarang."
Secara global, lebih dari 335.000 orang terjangkit coronavirus jenis baru. Dari jumlah tersebut, lebih dari 97.000 orang dinyatakan sembuh dan lebih dari 14.600 lainnya meninggal.