Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pada kuartal pertama 2019 terjadi peningkatan tiga kali lipat kasus campak secara global dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Pernyataan WHO itu datang ketika para pakar kesehatan di berbagai belahan dunia menyalahkan gerakan antivaksinasi yang terus meningkat sebagai pemicu melonjaknya wabah penyakit yang sangat menular tapi dapat dicegah itu.
"Banyak negara berada di tengah wabah campak yang cukup besar, dengan semua wilayah di dunia mengalami peningkatan kasus yang terus menerus," sebut WHO pada Senin (15/4).
Pada kuartal pertama tahun ini, 170 negara telah melaporkan 112.163 kasus campak kepada WHO. Dalam jangka waktu serupa pada 2018, terdapat 163 negara yang melaporkan 28.124 kasus campak.
WHO menilai bahwa jumlah kasus campak bisa jauh lebih besar karena hanya satu dari 10 kasus yang dilaporkan secara global.
Ukraina, Madagaskar, dan India adalah yang terburuk terkena campak. Sejak September, setidaknya 800 orang telah meninggal akibat campak di Madagaskar saja.
Wabah juga melanda Brasil, Pakistan dan Yaman.
"Lonjakan jumlah kasus juga terjadi di negara-negara dengan cakupan vaksinasi keseluruhan yang tinggi, termasuk Amerika Serikat," ungkap WHO. "Penyakit ini telah menyebar dengan cepat di antara kelompok yang tidak divaksinasi."
Wali Kota New York City Bill de Blasio mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat di Brooklyn pekan lalu setelah wabah campak muncul di komunitas Yahudi utra-ortodoks. Beberapa dari mereka menolak vaksinasi dengan alasan agama.
De Blasio mengatakan mereka yang tinggal di wilayah terdampak yang menolak vaksinasi bisa dikenai denda US$1.000.
WHO mengatakan bahwa peningkatan kasus yang paling dramatis, yakni 700% dibandingkan tahun lalu, terjadi di benua Afrika, yang memiliki cakupan vaksinasi yang lebih lemah dibanding yang lain.
PBB mengatakan campak sepenuhnya dapat dicegah dengan vaksin yang tepat, tetapi cakupan global dari tahap imunisasi pertama telah terhenti pada 85%, masih kurang dari 95% yang diperlukan untuk mencegah wabah.
Dalam sebuah opini untuk CNN, pimpinan WHO Henrietta Fore dan Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia berada di tengah krisis campak. Mereka menyebut bahwa proliferasi informasi yang membingungkan dan bertentangan tentang vaksin sebagai salah satu penyebabnya.
Mereka menambahkan, "Lebih dari 20 juta jiwa telah diselamatkan melalui vaksinasi campak sejak tahun 2000 saja."
Menanggapi wabah campak baru-baru ini, sejumlah negara telah mewajibkan imunisasi.
Bulan lalu, Italia melarang anak-anak di bawah enam tahun untuk bersekolah kecuali mereka telah menerima vaksin cacar air, campak dan penyakit lainnya. (Al Jazeera dan BBC)