close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Anggota paramiliter menggunakan masker saat berjaga di Gerbang Tiananmen di Beijing, China, Senin (27/1). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
icon caption
Anggota paramiliter menggunakan masker saat berjaga di Gerbang Tiananmen di Beijing, China, Senin (27/1). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Dunia
Kamis, 30 Januari 2020 12:28

WHO minta dunia terus waspada lawan wabah coronavirus

Kematian akibat coronavirus tipe baru mencapai 170 orang pada Kamis (30/1). Di China terkonfirmasi 7.711 orang terjangkit virus tersebut.
swipe

Kepala Program Darurat Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan menegaskan bahwa dunia harus waspada melawan wabah coronavirus jenis baru. Dia memuji langkah yang sejauh ini telah diambil oleh pemerintah China dalam menangani pandemik tersebut.

"Tantangannya memang besar tapi respons (China) juga besar," tutur dia.

Pada Kamis (30/1), WHO akan mengadakan pertemuan tertutup di Jenewa untuk memutuskan apakah virus yang berasal dari Kota Wuhan, China, itu merupakan keadaan darurat kesehatan global.

Coronavirus jenis baru atau yang disebut sebagai 2019-nCoV telah merebak ke sejumlah negara termasuk Thailand yang mencatat 14 kasus, Jepang dengan 11 kasus, Singapura 10 kasus, Taiwan delapan kasus, serta Australia dan Malaysia dengan masing-masing tujuh kasus.

Selain itu, Prancis dan Amerika Serikat mengonfirmasi lima kasus, Kanada tiga kasus, Vietnam dua kasus, serta Jerman, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab empat kasus. Kamboja, Finlandia, Nepal, dan Sri Lanka masing-masing mencatat satu kasus coronavirus jenis baru.

Komisi Kesehatan Nasional China per Rabu (29/1) mencatat angka kematian akibat coronavirus jenis baru naik menjadi 170 dan mengonfirmasi 7.711 kasus, sebagian besar di Provinsi Hubei. Di Hong Kong terdapat 10 kasus dan Macau tujuh kasus.

Sejauh ini, belum ditemukan obat atau vaksin khusus untuk membasmi coronavirus jenis baru. Namun, sejumlah orang telah pulih setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

Ryan mengatakan, WHO akan mengirim tim ahli internasional ke China untuk bekerja dengan para ilmuwan setempat dan mempelajari lebih lanjut mengenai cara penularan coronavirus jenis baru.

"Kami sedang berada di titik penting di pandemik ini. Kami percaya rantai penularan dapat diputuskan," kata dia.

Para ilmuwan di Australia berhasil merekayasa coronavirus jenis baru di luar China. Hal tersebut meningkatkan harapan bahwa mereka dapat menggunakannya untuk mengembangkan diagnosis dini.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gheberyesus, yang mengunjungi China awal pekan ini, mengatakan bahwa kebanyakan orang yang tertular virus itu hanya menderita gejala ringan.

"China membutuhkan solidaritas dan dukungan dari dunia," ujar dia. "Dunia perlu bersatu untuk mengakhiri wabah ini."

Dia menambahkan bahwa WHO sangat menyesal telah menggolongkan wabah coronavirus sebagai penyakit dengan tingkat "moderat" dan bukan "tinggi" dalam tiga laporan sebelumnya.

Gheberyesus menyebut, penularan dari manusia ke manusia, seperti yang terjadi di Jerman, Vietnam, dan Jepang merupakan hal yang mengkhawatirkan. Para ahli, lanjutnya, akan mempertimbangkan fakta ini ketika bertemu pada Kamis.

Evakuasi warga asing dari Wuhan

Proses evakuasi ratusan warga asing dari Wuhan tengah berlangsung. Sekitar 200 warga Jepang telah mendarat di Bandara Haneda, Tokyo, pada Rabu. Tiga orang yang kembali dalam penerbangan itu dipastikan terinfeksi coronavirus.

Pesawat kedua mendarat di Jepang pada Kamis, NHK melaporkan bahwa sembilan penumpang menujukkan gejala demam atau batuk.

Sementara itu, 240 warga AS bertolak dari Wuhan pada Rabu. Pesawat sewaan AS mendarat di pangkalan militer di California. Kementerian Pertahanan menyebut, penumpang asal Wuhan akan dipantau dan dirawat di rumah sakit jika mereka menunjukkan gejala coronavirus.

Uni Eropa juga menerbangkan pulang warganya dengan 250 warga Prancis berangkat pada penerbangan pertama pada Rabu. Evakuasi juga dilakukan oleh Korea Selatan yang mengatakan, sekitar 700 warganya akan pulang dengan empat penerbangan pada pekan ini.

Baik Malaysia maupun Filipina juga berjanji akan mengevakuasi warganya di Wuhan dan sekitarnya. Kanada telah menyewa pesawat untuk membawa pulang sekitar 160 warganya, tetapi mengatakan bahwa mereka akan membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan izin mendarat di dekat Wuhan.

Di sisi lain, Australia belum mendapatkan izin dari pemerintah China untuk mengevakuasi ratusan warga yang terperangkap di Kota Wuhan. Pada Kamis pagi, Menteri Luar Negeri Marise Payne menyatakan bahwa pemerintah masih menunggu persetujuan pihak berwenang Tiongkok.

"Ini adalah proses yang kami lakukan dengan pihak berwenang Tiongkok dan itu membutuhkan persetujuan resmi. Diskusi itu sedang berlangsung melalui Kementerian Luar Negeri Australia dan tim konsuler sementara kami di Wuhan," kata dia.

Ketika ditanya mengapa Australia masih dalam tahap negosiasi sementara sejumlah negara lain sudah memulai proses evakuasi, Payne mengatakan, Australia tidak memiliki konsuler di Wuhan sehingga terpaksa mengirim staf konsuler dari Shanghai.

Dua warga Australia yang berada di China telah terinfeksi coronavirus jenis baru. Pemerintah Australia menerangkan, warga yang sudah terjangkit di Tiongkok tidak akan dievakuasi. Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt menyatakan bahwa dua warga itu tertular virus di Provinsi Guangdong, belum jelas apakah sebelumnya mereka berada di Provinsi Hubei.

Lebih dari 600 warga Australia berada di Provinsi Hubei.

Menanggapi krisis coronavirus, Perdana Menteri Scott Morrison pada Rabu mengumumkan bahwa warga yang dievakuasi akan dikarantina di Pulau Christmas selama 14 hari. Keputusan itu membuat marah penduduk setempat. (BBC, The Guardian, dan Reuters)

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan