Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (1/6) mengatakan, mereka menyetujui vaksin Covid-19 produksi perusahaan asal China, Sinovac Biotech, untuk penggunaan darurat.
Sinovac merupakan vaksin asal China kedua yang masuk daftar penggunaan darurat WHO, setelah vaksin dari Sinopharm disetujui pada April. Daftar yang disetujui WHO termasuk vaksin yang dikembangkan oleh BioNTech-Pfizer, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson.
Pengumuman tersebut memungkinkan vaksin Sinovac untuk digunakan sebagai bagian dari program COVAX, mekanisme multilateral yang bertujuan untuk menyediakan vaksin bagi banyak negara berpenghasilan rendah.
Sejauh ini, baru vaksin AstraZeneca dan Pfizer yang juga dapat diberikan melalui skema COVAX.
"Dunia sangat membutuhkan vaksin Covid-19 untuk mengatasi ketimpangan akses yang sangat besar di seluruh dunia," kata Asisten Direktur Jenderal WHO Mariangela Simao dalam pernyataannya.
Simao mendesak seluruh produsen vaksin untuk berpartisipasi dalam COVAX, saling berbagi pengetahuan dan data mereka, serta berkontribusi dalam upaya mengendalikan pandemik.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa Sinovac aman dan efektif, serta persyaratan penyimpanannya yang mudah membuatnya cocok untuk negara dengan iklim yang ekstrem.
"Sekarang sangat penting untuk memberikan vaksin-vaksin ini kepada orang-orang yang membutuhkannya dengan cepat," kata Ghebreyesus.
Kemanjuran Sinovac sangat bervariasi dalam uji coba yang berbeda. Kelompok Ahli Penasihat Strategis (SAGE), badan yang terpisah dari WHO, menunjukkan kemanjuran vaksin dalam uji coba fase III berkisar antara 51% hingga 84%.
Sementara itu, WHO menyatakan bahwa suntikan Sinovac mencegah gejala Covid-19 yang parah.
Pemerintah Indonesia bulan lalu menuturkan bahwa penelitiannya terhadap 120.000 petugas kesehatan yang menerima vaksin menunjukkan bahwa itu 94% efektif untuk mencegah penyakit simtomatik.
Sinovac mengklaim bahwa mereka telah memasok lebih dari 600 juta dosis di China dan luar negeri pada akhir Mei. Vaksin tersebut sudah digunakan di 22 negara di seluruh dunia, termasuk Brasil, Indonesia, dan Turki.
"WHO merekomendasikan vaksin tersebut untuk digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, dalam jadwal dua dosis dengan jarak dua hingga empat minggu," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Organisasi tersebut mengatakan, karena hanya sedikit orang yang berusia di atas 60 tahun yang terlibat dalam uji coba, mereka tidak dapat memperkirakan seberapa baik kinerja vaksin Sinovac terhadap lansia.