Dengan dalih mengembalikan kejayaan China, Xi Jinping bersiasat mengubah amandemen konstitusi untuk jadi Presiden negeri tirai bambu ini untuk selamanya. Sekjen Partai Komunis Cina ini akan diberi kesempatan untuk memperpanjang kekuasaannya. Dengan kemungkinan Xi tetap berkuasa selamanya, maka China akan menunjukkan taringnya dalam pertarungan geopolitik global.
Partai Komunis China mempersiapkan amandemen konstitusi yang mencabut pembatasan dua periode kepresidenan. Itu sebagai agenda ambisius untuk menjadikan China sebagai negara superpower baik secara ekonomi dan militer di dunia.
"Xi memiliki semua kekuatan. Tapi kita tidak mengetahui bagaimana dia ingin menggunakannya untuk apa," kata Kerry Brown, Direktur Institute China Lau di King's College London, dilansir Channel News Asia.
Jika itu digunakan untuk menangkal tantangan China, lanjutnya, maka akan berimbas buruk. Sebaliknya jika tidak, itu akan menjadi masalah mendalam," ujarnya.
China sudah menciptakan sejumlah masalah. Beijing mengklaim seluruh wilayah Laut China Selatan. China membuka pangkalan militer di Tanduk Afrika. Mereka juga sudah menebar pengaruh dengan memberikan kredit kepada negara-negara Barat.
Xi juga menghidupkan Jalur Sutra dengan membangun proyek infrastruktur senilai US$ 1 triliun. Langkah Xi memicu kecurigaan banyak negara mengenai maksud dan tujuan China melaksanakan program tersebut.
Dalam bidang ekonomi, China menabuh genderang perang perdagangan dengan Amerika Serikat. Beijing semakin percaya diri dengan stabilitas politik dan ekonominya.
"Di masa depan, Xi akan memimpin China sangat lama. Itu menjadi jaminan kalau hubungan luar negeri akan stabil dan bisa diprediksi," ujar Wu Xinbo, pakar perpolitikan AS di Universitas Fudan.