Overwhelmed merupakan kondisi seseorang merasa kewalahan terhadap suatu situasi. Biasanya terjadi pada perempuan khususnya para ibu, sehingga berdampak pada anak-anak.
Marriage Counselor Illyana Widodo mengumpamakan overwhelmed seperti kendaraan yang hampir kehabisan bahan bakar, sehingga kendaraan perlu segera dihentikan dan mengisi bahan bakar kembali,
“Sama halnya dengan kendaraan yang hampir kehabisan bahan bakar, kita sebagai manusia juga perlu mengisi energi dengan beristirahat. Yang cukup berpengaruh adalah depersonalisasi, mulai merasa tidak berguna dan tidak ada waktu istirahat. Hal itu menimbulkan emosi dan pikiran negatif, sehingga berpengaruh pada diri sendiri dan orang lain,” jelasnya dalam diskusi online Wanita & Kesehatan Mental pada channel Impact Community Indonesia, Jumat (16/9).
Illyana juga menjelaskan lebih lanjut, produktivitas menjadi menurun karena overwhelmed. Maka, ketika seseorang sudah merasa gejala-gejala overwhelmed, seperti merasa idealis dan mulai memberikan tekanan pada diri sendiri, ada baiknya perlu menyadari setiap orang memiliki batasan wajar masing-masing,
“Menurut survei, seseorang yang depresi karena di dalam hidupnya terlalu menuntut ‘harus’ idealis dan sempurna. Dari diri kita, harus berdamai dengan diri sendiri. Secara teknis, kita perlu menyeimbangkan kehidupan, dapat membedakan mana yang penting dan tidak penting. Kemudian, kita harus berani bilang ‘tidak’, agar mengetahui batasan pribadi,” jelasnya.
Bagi perempuan yang sudah menikah, tetap prioritaskan keluarga bukan orang lain, kecuali pekerjaan jika ibu menjalankannya. Sumber utama dalam keluarga adalah suami, bantu suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Cobalah untuk merapikan prioritas utama agar terhindar dari rasa overwhelmed.