Serangan panik atau panic attack merupakan gelombang takut dan cemas yang intens dan sering datang tiba-tiba. Serangan ini berdampak luar biasa baik secara fisik maupun emosional. Media kesehatan Healthline mengemukakan jika kamu mengalami serangan panik, gejala yang umum terjadi adalah jantung berdebar, berkeringat deras, dan gemetar.
Beberapa orang juga akan mengalami nyeri dada sehingga mereka mungkin berpikir seperti mengalami serangan jantung. Serangan panik dapat terjadi karena berbagai alasan, dan kadang-kadang terjadi tanpa alasan yang jelas. Peluang mengalami serangan panik lebih besar untuk orang-orang yang memiliki gangguan kecemasan, pengidap tiroid, dan memiliki gangguan psikologis akut. Jika kamu termasuk salah satu di antaranya, berikut tiga cara yang bisa dipraktikkan untuk cegah serangan panik tanpa obat-obatan seperti dilansir Healthline, Senin (27/12).
Sadari Bahwa Kamu Mengidap Serangan Panik
Dengan mengakui bahwa dirimu mengalami serangan panik, pikiran akan mengarah pada hal-hal positif bahwa serangan panik hanya akan bersifat sementara, lekas berlalu, dan baik-baik saja. Singkirkan anggapan buruk seperti menyebabkan kematian sehingga pengidap bisa fokus untuk mencari teknik mengurangi serangan panik. Memang tidak mungkin untuk selalu menghindari pemicu serangan panik, tetapi jika tahu apa penyebabnya, kamu bisa meminimalkannya.
Tutup Mata Sementara Waktu
Beberapa serangan panik berasal dari pemicu yang berlebihan merangsang diri. Serangan panik cenderung terjadi jika kamu berada di lingkungan yang serba cepat dengan banyak rangsangan. Untuk mengurangi rangsangan, tutup mata selama serangan panik untuk memblokir rangsangan ekstra dan membuat lebih mudah fokus pada pernapasan.
Tarik Napas Dalam-Dalam
Jika serangan panik dapat meningkatkan rasa takut, pernapasan dalam bisa mengurangi gejala panik selama serangan. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2017, sebanyak 40 orang bergabung dengan kelompok terapi yang melibatkan pernapasan dalam atau diafragma. Setelah 20 sesi pelatihan intensif, mereka yang berlatih pernapasan lebih baik dalam tingkat perhatian dan kesejahteraan emosional mereka.
Tes darah juga menunjukkan kadar kortisol yang lebih rendah pada kelompok ini yang sama dengan tingkat stres yang lebih rendah. Para peserta tidak memiliki gangguan panik, tetapi strateginya dapat membantu orang yang mengalami serangan panik.
Kelompok ilmuwan lain menemukan bahwa pernapasan yang lambat dapat memiliki efek yang sama. Mereka menyarankan bernapas dengan rileks bisa meningkatkan perasaan nyawan dan waspada, serta mengurangi gejala kecemasan gairah, depresi, kemarahan, dan kebingungan.
Kapan Harus Mengunjungi Dokter?
Jika kamu memiliki kekhawatiran berlebihan tentang serangan panik, pertimbangkan untuk menemui dokter apabila serangan panik itu terjadi secara intens, yakni lebih dari dua kali dalam sebulan dan terjadi secara terus-terusan. Kamu kemudian mengubah perilaku setelah serangan panik. Terakhir jika kekhawatiran berlebihan sudah mempengaruhi pekerjaan, studi, atau kehidupan sehari-hari.