close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Rokok. Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi. Rokok. Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 25 Juni 2020 08:58

4 faktor mengapa perokok lebih berisiko terpapar Covid-19

Fungsi sel imunitas yang terganggu secara sistemik berimbas pada peningkatan risiko terinfeksi Covid-19.
swipe

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan perokok lebih berisiko terpapar Covid-19.

Pertama, asap rokok mengganggu sistem kekebalan tubuh (imunitas). "Jika terpapar asap rokok bertahun-tahun, fungsi silia (struktur mikrotubular berbasis rambut) terinfeksi dan tak bisa membersihkan nafas dari bakteri, hingga virus," kata dia saat dihubungi Alinea.id, Selasa (23/6).

Di sisi lain, sel imunitas terganggu oleh komponen nikotin dan bahan radikal lain yang ada dalam rokok. Fungsi sel imunitas yang terganggu secara sistemik berimbas pada peningkatan risiko terinfeksi Covid-19.

Kedua, rokok bisa meningkatkan infeksi karena reseptor HCO2 lebih tinggi. Perokok cenderung memiliki reseptor HCO2 berkali-kali lipat lebih banyak daripada yang bukan perokok. Ketiga, perokok cenderung memiliki komorbiditas (penyakit penyerta). Orang yang telah bertahun-tahun merokok cenderung memiliki penyakit degeneratif, seperti hipertensi, diabetes, dan paru kronik. Penyakit komorbid tersebut meningkatkan risiko infeksi Covid-19.

“Data-data dari berbagai jurnal di seluruh dunia menyebut sekitar 50%-60% penderita Covid-19 itu dengan komorbid. Nah, komorbidnya itu risiko dari rokok. Data dari rujukan rumah sakit di Jakarta yang terbesar itu, 63% penderitanya adalah Covid-19 dengan komorbid,” ujar Agus.

Keempat, merokok melahirkan kebiasaan memegang mulut secara berulang. Agus menjelaskan, tangan merupakan media transportasi tidak langsung infeksi Covid-19. Seorang perokok bisa lupa memegang meja, gagang pintu, dan mulutnya. Jika tidak sering cuci tangan bisa terjadi penularan coronavirus baru ini.

“Kebiasaan pegang mulut dan hisap rokok ini bisa meningkatkan transmisi virus. Seorang perokok yang terkena Covid-19 cenderung infeksinya lebih besar dan berat. Itu resikonya bisa dua kali lipat dibanding yang tidak merokok.” ucapnya.

Ia pun menjelaskan, merokok berbahaya bagi kesehatan karena mengandung tar, nikotin, karbon monoksida, dan berbagai bahan toxic lainnya. Setiap bahan memiliki risiko penyakit berbeda-beda. Selain memberi efek kecanduan, nikotin juga menyebabkan penyakit vaskular, seperti jantung, stroke, hipertensi, hingga masalah kehamilan.

Dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Nikotin juga ampuh menurunkan imunitas. Lalu, tar yang mengandung 4.000-6.000 bahan kimia bisa menyebakan semua jenis kanker.

“Kanker apa aja bisa bisa muncul. Kanker mulut, laring, paru, bahkan kandung kemih, hingga prostat. Tapi tiap orang beda-beda,” ujar Agus.

Sementara itu, karbon monoksida yang bisa mengikat hemoglobin dalam darah 300 kali lebih kuat. Imbasnya, darah kekurangan oksigen dan berpotensi penyakit vaskular dalam jangka panjang.

Sedangkan bahan-bahan toxic lain (biasanya berbahan radikal bebas) menyebabkan peradangan, saluran nafas kronik dan inflamasi lainnya.

“Nah sebenarnya apakah 100 % seorang perokok bisa sakit? Enggak. Data dari seluruh dunia, 60% perokok akan sakit, 30 % enggak. Supaya orang bisa menyangka, saya perokok tapi enggak sakit. Yah bener, enggak salah tapi 69%-70% sakit setiap orang beda-beda tergantung faktor genetiknya mau jadi apa. Ada yang jadi kanker, hipertensi, jantung kroner, tergantung genetik dan keturunan. Jadi, ada faktor lain. Variasinya beda,” tutur Agus.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan