close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Lima perwakilan pemenang kategori Grup Terbaik dalam Festival Teater Jakarta 2019 menerima plakat dan piagam penghargaan dalam malam puncak FTJ 2019, Jumat (29/11), di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Alinea.id/Robertus Rony
icon caption
Lima perwakilan pemenang kategori Grup Terbaik dalam Festival Teater Jakarta 2019 menerima plakat dan piagam penghargaan dalam malam puncak FTJ 2019, Jumat (29/11), di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Alinea.id/Robertus Rony
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 02 Desember 2019 12:36

7.980 penonton hadiri Festival Teater Jakarta 2019

Selama 18 hari penyelenggaraannya, 12–29 November 2019, FTJ dihadiri tak kurang dari 7.980 penonton.
swipe

Gelaran Festival Teater Jakarta (FTJ) 2019 ditutup Jumat malam (29/11). Selama 18 hari penyelenggaraannya, 12–29 November 2019, FTJ dihadiri tak kurang dari 7.980 penonton.

Menurut Adinda Luthfianty, anggota Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, tingginya animo kalangan muda Jakarta datang menyaksikan teater ini tampak dalam pertunjukan lomba yang diadakan setiap malam. Sebanyak 15 grup teater se-DKI Jakarta tampil mementaskan beragam ide cerita dari naskah drama pilihan mereka.

“Gedung Teater Kecil TIM (Taman Ismail Marzuki) tidak mampu menampung jumlah penonton pada setiap malam pertunjukan FTJ. Kapasitas Teater Kecil hanya 256 orang. Satu pertunjukan kira-kira ditonton 350–400 orang sehingga banyak yang berdiri di bagian tribun,” kata Adinda, dalam penutupan FTJ 2019 di gedung Teater Besar TIM, Jumat malam (29/11).

Dalam acara itu, dewan juri mengumumkan pemenang untuk tujuh kategori. Gandung Bondowoso, salah satu anggota dewan juri FTJ mengumumkan lima grup teater terbaik FTJ 2019, yaitu Teater Asa, Teater Ciliwung, Teater Labo eL Aktor, Maura Lintas Teater, dan Teater Petra.

Untuk kategori penyutradaraan, Sutradara Terbaik diraih oleh Irwan Susilo dari grup Teater Ciliwung. Pada kategori pemeranan, Bagus Ade Saputra (Teater Ciliwung) terpilih sebagai Pemeran Pria Terbaik dan Margareta Marissa (Teater Ciliwung) sebagai Pemeran Wanita Terbaik.

Di samping itu, Penata Artistik Terbaik diraih oleh Nurohman (Teater Petra), Penata Musik Terbaik diraih Goldy Nathaniel Langitan (Teater Petra), dan Penata Gerak terbaik oleh Teater Amatirujan Kursi-kursi.

Jajang C. Noer selaku juri menekankan, masuk sebagai para nomine untuk masing-masing kategori sudah merupakan penghargaan terbaik atas kerja keras para teaterawan muda. Ditemui terpisah, Gandung yang juga pengajar Jurusan Teater di Institut Kesenian Jakarta menyampaikan kekehawatirannya terhadap kualitas keaktoran para peserta FTJ 2019.

“Saya ragu pada anak-anak muda ini. Tidak ada peningkatan dibanding tahun lalu. Kedisiplinan merupakan faktor utama yang belum mereka tunjukkan,” kata Gandung.

Meski demikian, Gandung menggarisbawahi terpilihnya Teater Ciliwung sebagai salah satu grup terbaik lantaran menampilkan interaksi akting para pemain yang bagus dan kuat. Hal ini, menurut dia, ditinjau oleh proses latihan dalam waktu lama dan secara intensif.

Minat penonton tinggi

Sementara itu, Adinda menaksir, kalangan penonton dalam FTJ 2019 berasal dari penonton yang tumbuh dalam komunitas teater, atau warga permukiman di sekitar wilayah asal grup teater.

Meski demikian, menurut peneliti manajemen seni pertunjukan Sri Bramantoro Adinagoro, jumlah penonton yang besar tak selalu menunjukkan tingginya minat warga untuk datang menonton teater. Sebaliknya, bisa pula kehadiran itu sekadar bentuk kepedulian sosial kepada sesama warga kampung.

“Dari yang menonton itu kira-kira ada sepertiga atau setengah adalah warga biasa. Selebihnya teman atau kenalan anggota komunitas grup yang tampil,” kata Brama.

Sebagai anggota dewan juri FTJ 2019, Brama menilai ada kelemahan grup teater dalam menangani keperluan publikasi. Para grup teater dalam FTJ dinilai cenderung berkutat pada urusan artistik. Padahal, menurut dia, promosi dan publikasi menjadi ujung tombak sebuah pertunjukan teater dapat menarik lebih banyak penonton.

Dia juga menyayangkan fungsi publikasi melalui laman Dewan Kesenian Jakarta yang alpa dalam menampilkan informasi jadwal acara kesenian secara rutin.

“Ke depan perlu ada keseimbangan dalam manajemen produksi pertunjukan. Bagaimana agar selain urusan artistik untuk membikin pentas, juga disiapkan dengan upaya publikasinya secara aktif. Misalnya, lewat media sosial, publikasi bisa semakin meluas,” ucap Brama.

img
Robertus Rony Setiawan
Reporter
img
Tri Kurniawan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan