Roy Keane mengkritik bintang senior Inggris karena tidak mengambil tanggung jawab menendang penalti. Akhirnya pemain belia harus menanggungnya.
Inggris kalah di final Euro 2020 setelah Bukayo Saka yang berusia 19 tahun gagal dalam tendangan penalti terakhir sehingga Inggris takluk 3-2. Kegagalan sebelumnya dialami Marcus Rashford dan Jadon Sancho.
Saat mengambil kesempatan sebagai penendang terakhir, Saka harus mencetak gol untuk menjaga harapan Inggris tetap hidup. Tetapi penaltinya dimentahkan oleh Gianluigi Donnraumma.
Roy Keane bersimpati dengan pemain sayap itu, namun bersikeras bahwa para pemain senior seharusnya melangkah menghadapi penalti.
'Jika Anda [Jack] Grealish atau [Raheem] Sterling, Anda tidak bisa membiarkan anak muda yang melangkah di depan Anda,'' kata mantan gelandang Republik Irlandia dan Manchester United itu kepada ITV.
Namun mantan bek kanan Inggris Gary Neville percaya bahwa pilihan itu berdasarkan performa dalam berlatih penalti daripada dipilih secara sukarela.
"Ketika kami melihat Saka berjalan, kami mungkin berharap melihat Grealish atau Sterling naik terlebih dahulu sebelum dia," Neville menjawab.
"Tapi mereka akan melihat siapa yang meleset ketika, siapa yang berhasil. Grealish belum mengambil satu penalti dalam dua musim. Jadi jelas ada yang salah dengan pengambilan penaltinya. Dan Gareth akan melihat itu dan membawa anak asuhnya yang paling mungkin mencetak gol dalam pikirannya," terang dia lagi.
Mantan striker Inggris Ian Wright mendukung sikap Neville yang bersikeras bahwa memasukkan Rashford dan Sancho ke permainan sangat terlambat. Namun Ia menduga bahwa mereka memang dipersiapkan untuk menendang penalti.
"Saya yakin mereka berbicara sebelumnya dan para pemain ini pasti sudah tahu bahwa mereka mengambilnya," kata Wright. “Itulah mengapa Rashford dan Sancho masuk."
“Beberapa pemain mengatakan mereka tidak akan mengambilnya. Pemain yang melakukannya, tentu Anda berharap mereka berhasil. Tapi tekanan di stadion ini, di final, lebih dari jenis tekanan yang bisa saya pikirkan," kata dia.
Neville mengklaim bahwa urutan pengambilan penalti Inggris akan dipilih berdasarkan sesi tendangan penalti sebelumnya dalam pelatihan dan siapa yang tampil terbaik.
“Mereka berlatih selama beberapa minggu terakhir di kamp, melakukan sesi di sana, melihat siapa yang paling banyak mencetak gol dan mendapatkan rekor terbaik. Itu akan ilmiah, berdasarkan data,' tambah Neville.
Keane meskipun tidak setuju dengan sikap yang diambil oleh mantan rekan setimnya di United mengenai pemilihan penendang penalti Inggris, Ia bersikeras kesempatan itu tidak dapat direplikasi oleh data dari sesi pelatihan.
"Saya tertarik ketika mereka mengatakan bahwa orang-orang akan merencanakan ini, ilmu olahraga, data, Anda tidak dapat meniru ini," tambahnya.
"Anda tidak bisa meniru berjalan ke final besar di depan pendukung Anda dengan kiper besar di depan Anda. Seperti yang pernah dikatakan Mike Tyson, 'semua orang punya rencana sampai wajah mereka ditinju'. Anda menghadapi penjaga gawang besar. Gary. Untuk semua rencana mereka, itu tidak berhasil," sergahnya.
Sementara itu, Frank Lampard merasa terlalu sulit untuk memilih penendang penalti Inggris dengan percaya diri, dan Sterling pun mungkin bukan pilihan terbaik.
Mantan gelandang Inggris itu juga memberi selamat kepada Italia atas kemenangan mereka. Inggris tertinggal lebih dulu di babak pertama namun berhasil menyamakan kedudukan di babak kedua 1-1.
"Dari sudut pandang sepakbola murni, Italia pantas menjadi pemenang," kata Lampard kepada BBC.
“Di tempat latihan di balik pintu tertutup, gaya acak dan menunggu (mengambil penalti) lebih mudah, ini adalah tingkat tekanan yang berbeda ketika Anda berada di stadion. Saya tidak yakin Raheem benar-benar seorang penendang penalti. Anda mencoba menganalisis hal-hal yang sangat sulit untuk dianalisis.' (Sumber: Daily Mail)