Indonesia sedang fokus untuk menurunkan angka stunting akibat kurang asupan gizi kronis. Stunting merupakan isu yang kompleks karena cara penanganan yang tidak instan. Beberapa pencegahan stunting dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat sejak sebelum masa hamil, menjaga jarak kehamilan, dan fokus memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemberian ASI berbeda dengan susu
Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar, menyebut 4 standar emas pemberian makan bayi dan anak, menjadi tindakan yang tepat dan penting bagi ibu dan bayi dalam mengatasi stunting,
“Ketika bayi baru lahir diberikan kesempatan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan cara kontak kulit bayi yang diletakkan di dada ibu, minimal satu setengah jam, secara langsung bayi akan mencari sumber makanannya sendiri yaitu ASI. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Bayi usia enam bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI), menyusui diteruskan hingga bayi berusia dua tahun atau lebih,” jelasnya dalam webinar online yang dipantau Senin (3/10).
Sedangkan bagi bayi yang berusia lebih dari enam bulan, disarankan untuk mulai diberikan MPASI, melalui pengolahan pangan lokal yang dibuat sendiri di rumah dan diterapkan sampai usia bayi menyentuh dua tahun.
MPASI yang diberikan kepada bayi dharapkan tidak menggunakan makanan kalengan maupun makanan olahan pabrik dalam bentuk apapun. Hal itu dimaksudkan supaua asupan gizi anak tetap terjaga.
"Itu adalah upaya preventif untuk mengentaskan stunting. Jika ibu mendapatkan dukungan yang tepat, informasi yang tepat, dilingkungan yang baik, untuk mendukung itu semua pihak harus terlibat supaya mencegah stunting pada anak," tutur dia.
IMD menjadi langkah awal penting bagi bayi untuk mengenal sumber makanannya. Umumnya, puting ibu hamil mengalami perubahan warna yang menggelap, keluarnya cairan, dan berbau yang mirip dengan air ketuban. Perubahan itu membantu visualisasi bayi yang belum melihat dengan jelas dan hanya mengenal warna hitam dan putih, sehingga bayi secara alami tahu menjadi sumber makannya ada pada payudara ibu.
Menurut Nia, pemerintah perlu menyerukan program stunting dan ia juga mengingatkan perihal Peraturan Pemerintah sebagai tindakan pencegahan stunting, yang apabila dilanggar harus menerima konsekuensi,
“Mengatasi stunting tidak membutuhkan biaya, tetapi harus dianggarkan program stuntingnya oleh pemerintah untuk mengedukasi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan. Diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012, tentang ASI eksklusif, jelas membahas tentang 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan wajib menjalankan IMD,” ujarnya.
Alasan ASI eksklusif sangat penting karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan nutrisi bayi di setiap pertumbuhannya. Nia menyebut ASI tidak dapat tergantikan karena kandungan ASI mengalami perubahan tiap saat dan tiap bayi menyusu. Bahkan, ASI memiliki antibodi agar bayi tetap dapat menyusui jika ibu sedang sakit, hal ini bergantung pada kondisi penyakit.