close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. foto Pixabay
icon caption
ilustrasi. foto Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 11 November 2022 09:22

Akademisi: Keamanan dunia maya tidak 100%

Tantangan penggunaan produk digital, seperti media sosial, di era sekarang ini tidak mudah.
swipe

Para akademisi memandang dunia digital tidak memiliki 100% jaminan dalam keamanan. Pikiran kritis menjadi modal supaya tidak sepenuhnya percaya dengan tsunami informasi yang ada di dunia maya.

Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yohanes Widodo mengatakan, setiap individu dapat meminimalkan risiko keamanan dalam dunia digital. Apalagi teknologi telah mengubah sistem komunikasi antar individu.

“Namun, bukan berarti teknologi tak memiliki dampak buruk. Beberapa efek negatif dari teknologi adalah timbulnya masalah kesehatan mental dan kesehatan fisik; serta masalah keamanan digital,” kata Yohanes dalam diskusi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, yang dikutip Kamis (10/11).

Dalam kesempatan serupa, dosen FIKOM Universitas Islam Bandung sekaligus pegiat literasi digital Santi Indra Astuti mengatakan, era saat ini bisa disebut sebagai era tsunami informasi. Pasalnya, begitu banyak informasi yang beredar lewat berbagai media, khususnya di ruang digital. 

Tsunami informasi ini menghadirkan tantangan baru tentang budaya digital. Pertama, tantangan tersebut adalah bagaimana membangun karakter di ruang digital. Kedua, membentuk identitas di ruang digital, dan yang ketiga adalah menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan pada karya anak negeri.

“Tantang berikutnya atau yang keempat adalah bagaimana mengikis begitu banyak konten negatif di ruang digital, seperti konten yang melanggar kesusilaan, perjudian online, penghinaan atau pencemaran nama baik, penyebaran kabar bohong atau hoax, serta ujaran kebencian,” tuturnya.

Lantaran manusia amat membutuhkan teknologi dalam beraktivitas sehari-hari, lanjut Santi, dibutuhkan panduan mengenai literasi digital. Dengan literasi digital, imbuhnya, setiap individu dapat mengisi ruang digital dengan bijak, cerdas, bermanfaat, dan berbudaya.

Selaras, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta Popi Andiyansari mengungkapkan, tantangan penggunaan produk digital, seperti media sosial, di era sekarang ini tidak mudah. Beberapa pengguna masih menggunakan media sosial dengan cara yang tidak tepat. 

Ia mencontohkan seorang remaja yang bunuh diri sembari melakukan panggilan video dengan kekasihnya, atau sejumlah remaja yang membuat konten joget TikTok di persimpangan jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas.

“Padahal, media sosial banyak sisi positifnya dan sebaiknya sisi tersebut yang dioptimalkan. Contohnya adalah sebagai medium untuk berbisnis, menyebarkan ide positif dan inspiratif, membagikan pengetahuan untuk menambah wawasan, serta untuk membangun jaringan,” tutur Popi. 

Baginya, kecanggihan teknologi ibarat pedang bermata dua, memiliki manfaat yang positif sekaligus bisa berdampak buruk bagi penggunanya. Agar tidak terseret pada penggunaan ruang digital yang negatif, literasi digital bisa menjadi solusi bagaimana memanfaatkan teknologi dengan baik dan benar, serta bermanfaat. Dengan penggunaan yang tepat, teknologi amat membantu aktivitas manusia di keseharian.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan