close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi judi online. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi judi online. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 30 Juni 2024 06:03

Akar Jakarta Barat jadi ‘sarang’ judi online

Laporan PPATK menyebut, Jakarta Barat menjadi kota/kabupaten tertinggi jumlah pemain judi online.
swipe

Juliansyah—bukan nama sebenarnya—34 tahun, menyulut api pada sebatang rokok yang dia isap, lalu mengembuskan asap. Dia tengah berkeluh kesah lantaran baru saja kalah bermain judi online atau daring. Pria yang sehari-hari berdagang buah di Pasar Cengkareng, Jakarta Barat itu mengaku baru mencoba tiga kali teban daring.

“Itu juga karena iseng aja, lihat teman di warung pada main,” ucap Juliansyah kepada Alinea.id, Jumat (28/6).

Semula Juliansyah agak menjaga jarak dengan beberapa pedagang yang sedang gila judi daring. Namun, karena sering meriung, dia pun penasaran.

“Saya baru ngerasain (mencoba) main slot online aja, modal Rp200.000,” kata dia.

Akan tetapi, dia tak menampik, berharap menang dari bertaruh judi daring. Sebabnya, dia melihat ada temannya yang mampu membeli ponsel baru dari berjudi. Meski begitu, pemberitaan pemberantasan judi daring yang semakin masif, membuat Juliansyah mengerem bertaruh.

“Anak saya juga tahu, saya mulai main (judi daring). Jadi, enggak bagus juga buat keluarga,” tutur dia.

Pedagang seperti Juliansyah barangkali termasuk profesi yang terpapar judi daring. Namun, dikutip dari Antara, dalam rapat kerja Komisi III DPR bersama Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Rabu (26/6), Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengatakan, latar belakang profesi orang-orang yang bermain judi daring, antara lain pejabat daerah, pensiunan, dokter, wartawan, notaris, hingga profesional lainnya. Tak terkecuali anggota DPR dan DPRD. Ivan menjelaskan, di kuartal pertama 2024, transaksi terkait judi daring mencapai Rp101 triliun lebih.

Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Perjudian Daring pun sudah memetakan wilayah dengan jumlah penjudi online terbanyak, berdasarkan data dari PPATK. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) sekaligus Ketua Satgas Pemberantasan Judi Online Hadi Tjahjanto, seperti dilansir dari Antara, menyebut Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penjudi daring terbanyak. Terdapat 535.644 orang pemain judi daring, dengan nilai transaksi Rp3,8 triliun.

Sedangkan di tingkat kabupaten/kota, jumlah pemain judi daring terbanyak adalah Kota Jakarta Barat, dengan nilai transaksi mencapai Rp792 miliar. Lalu di tingkat kecamatan, Cengkareng yang menjadi lokasi Juliansyah bermain judi daring, masuk urutan tiga tertinggi dengan jumlah penjudi 14.782 orang dan nilai transaksi Rp176 miliar. Cengkareng ada di bawah Kecamatan Bogor Selatan dengan jumlah penjudi 3.720 orang dan transaksi Rp349 miliar, serta Kecamatan Tambora dengan penjudi 7.916 orang dan transaksi Rp196 miliar. 

Selain Cengkareng dan Tambora, Kecamatan Kalideres yang juga ada di Jakarta Barat masuk urutan keenam tertinggi, dengan jumlah pemain 9.825 orang dan transaksi Rp113 miliar. 

Pengamat sosial dan kebijakan publik dari Universitas Nasional (Unas) Zainul Djumadin menduga, praktik judi daring yang tinggi di Jakarta Barat lantaran kawasan tersebut sejak lama menjadi daerah simpul perjudian di Jakarta. Bahkan, sejak zaman kolonial Belanda. Perjudian tersebut sejak lama banyak dilakoni kalangan Tionghoa.

“Jadi ada rekam jejak historis yang memang sejak lama aktivitas judi sudah berdenyut di Jakarta Barat,” ujar Zainul kepada Alinea.id, Jumat (28/6).

“Namun, perlu ada penelitian terbaru untuk judi mengapa masif di Jakarta Barat.”

Sementara itu sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tantan Hermansah mengatakan, Jakarta Barat menjadi sarang judi daring karena sudah terbentuk entitas “penjudi” yang terwujud dari interaksi antarmasyarakat yang terhubung menyukai judi dari waktu ke waktu.

“Dari satu orang dia mengajak orang lagi. Terus berkembang hingga membesar,” kata Tantan, Jumat (28/6).

“Jadi, kalau ada satu masyarakat di satu wilayah berjudi itu kalau kalah dia akan cari teman.”

Mereka bakal membentuk mitra atas tindakan yang dilakukan lantaran merasa nyaman kalau ada teman. Alasan lainnya, sebagai garansi sosial ketika terjadi masalah atau kalah, mereka bisa pinjam uang dahulu.

“Mata rantai itu tidak akan terpotong," ucap Tantan.

Selain itu, wilayah Jakarta Barat menjadi lokasi pendatang, yang memungkinkan banyak persinggungan warga yang dinamis. Situasi itu menjadi peluang terbukanya judi daring berkembang di Jakarta Barat. Sebab, sudah ada prakondisi yang membuat judi dengan segala bentuk tumbuh subur.

“Judi daring di Jakarta saat ini sudah merata ‘meracuni’ lapisan masyarakat, mulai dari buruh bangunan, pegawai swasta, dan pegawai negeri. Mereka terlibat karena ruang dan medianya ada dan pemerintah kurang serius memberantas judi online,” tutur Tantan.

Tantan menganggap pemerintah sangat naif dalam memberantas judi daring. Menurutnya, tidak sulit memblokir situs judi daring, sama seperti pemerintah bisa menutup situs porno.

"Tapi mengapa situs judi online tidak bisa? Ini pertanyaan kita bersama," ucap Tantan.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan