Bom mobil dan serangan militan tidak lagi menjadi masalah sehari-hari di jalan-jalan Baghdad seperti pada tahun-tahun yang kacau setelah jatuhnya Saddam Hussein, atau pada puncak pertempuran untuk memukul mundur kelompok Daesh. Namun meskipun kekerasan telah menurun, banyak anak muda Irak mengatakan kesempatan mereka tetap terbatas.
Baghdad, kota berpenduduk hampir 9 juta jiwa, telah melihat beberapa upaya untuk memulihkan taman umum dan ruang budaya, tetapi perencanaan kota sebagian besar mengabaikan proyek-proyek yang berfokus pada kaum muda. Hal itu mungkin mulai berubah.
Ibu kota tersebut meresmikan taman skateboard pertamanya akhir pekan ini dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh diplomat asing, pejabat olahraga, dan atlet muda, yang diharapkan banyak orang akan menjadi awal dari upaya untuk membangun lebih banyak ruang untuk rekreasi dan ekspresi kreatif.
“Saya telah menunggu momen ini selama lima tahun,” kata Mohammed Al-Qadi, 19 tahun, salah satu pengunjung pertama taman tersebut pada hari Sabtu.
Al-Qadi, seperti banyak pemain skateboard di Baghdad, biasa berlatih di tempat umum seperti Taman Al-Zawraa dan Jalan Abu Nawas, tempat para pemain skateboard sering dikejar oleh pihak berwenang, berisiko bertabrakan dengan mobil, dan menghadapi risiko keselamatan karena medan yang tidak rata dan kurangnya area yang ditentukan.
"Sebelumnya, kami sering dipaksa pindah atau terluka karena tidak ada tempat yang layak bagi kami," katanya. "Sekarang, kami memiliki tempat yang aman, dan saya harap ini baru permulaan."
Fasilitas tersebut, yang terletak di dalam kompleks Kementerian Pemuda dan Olahraga di dekat Stadion Internasional Al-Shaab, selesai dalam waktu tiga minggu dengan dukungan dari kedutaan besar Jerman dan Prancis.
Proyek ini menggarisbawahi minat internasional yang berkembang dalam mengembangkan infrastruktur olahraga Irak, khususnya untuk kegiatan di luar fokus tradisional negara itu pada sepak bola.
Al-Qadi dan penggemar lainnya sekarang mendorong pembentukan federasi skating nasional yang dapat membuka jalan bagi partisipasi dalam kompetisi internasional, termasuk Olimpiade.
“Saat ini kami memiliki 25 atlet skateboard pria dan wanita, tetapi dengan adanya taman ini, jumlah tersebut pasti akan bertambah,” kata Al-Qadi.
Taman seluncur tersebut juga memicu antusiasme di kalangan peseluncur wanita, meskipun masih ada penolakan masyarakat terhadap anak perempuan yang berpartisipasi dalam olahraga yang dianggap kasar dan terkadang berbahaya tersebut.
“Saya berharap dapat berkompetisi secara internasional sekarang karena akhirnya kami memiliki tempat untuk berlatih,” kata Rusul Azim, 23 tahun, yang menghadiri pembukaan dengan mengenakan pakaian olahraga dan jilbab.
Skate masih kurang populer di Irak dibandingkan sepak bola dan olahraga arus utama lainnya, tetapi Azim mengatakan bahwa ia yakin fasilitas baru tersebut akan mendorong lebih banyak anak muda — terutama wanita — untuk menekuni aktivitas tersebut. Zainab Nabil, 27 tahun, juga datang ke pembukaan taman tersebut meskipun keluarganya tidak setuju dengan kegiatan skatenya.
“Saya di sini untuk menunjukkan bahwa wanita juga termasuk dalam olahraga ini,” katanya. “Saya berharap akan ada hari terpisah untuk wanita dan pria, sehingga lebih banyak anak perempuan merasa nyaman untuk bergabung.”
Untuk saat ini, taman skateboard tersebut merupakan langkah kecil tetapi signifikan untuk menyediakan tempat bagi kaum muda Irak. Banyak yang berharap ini akan menjadi yang pertama dari banyak yang lain.
“Kita butuh lebih banyak tempat seperti ini — tempat yang aman di mana kaum muda bisa beraktivitas, mengekspresikan diri, dan memimpikan sesuatu yang lebih besar,” kata Al-Qadi.(arabnews)
