close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kucing peliharaan./Foto bongbabyhousevn/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi kucing peliharaan./Foto bongbabyhousevn/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Satwa
Jumat, 25 Oktober 2024 06:06

Apa dampak memelihara kucing bagi kesehatan fisik dan mental?

kucing berdampingan dengan manusia selama sekitar 12.000 tahun. Selama itu, kucing memperhatikan dengan baik cara kita berkomunikasi.
swipe

Tak lama usai dilantik sebagai presiden beberapa waktu lalu, Prabowo Subianto membawa kucing kesayangannya, Bobby the Cat atau Bobby Kertanegara ke Istana Kepresidenan. Dalam sebuah unggahan video di akun Instagram @bobbykertanegara, Prabowo terlihat mengelus kucingnya dan bertanya soal kamar Bobby. Selain Bobby, Prabowo juga memiliki tiga kucing lain bernama Mika, Miki, dan Miko.

Bagaimana kucing berkomunikasi dengan manusia?

Menurut Science Alert, kucing berdampingan dengan manusia selama sekitar 12.000 tahun. Selama itu, kucing memperhatikan dengan baik cara kita berkomunikasi.

Dalam penelitian yang diterbitkan jurnal American Psychological Association (2005) disebutkan, kucing bisa mengikuti arahan manusia. Temuan yang diterbitkan jurnal Animal Cognition (2019) pun menyebut, kucing bisa memahami siapa yang mereka percaya. Dalam jurnal Scientific Reports (2019) juga diketahui, kucing dapat mengenali nama mereka sendiri.

Hasil penelitian yang diterbitkan jurnal Animal Cognition (2013) pun menemukan, kucing dapat mengenali suara pemiliknya, meski mereka sering memilih untuk mengabaikannya. Pengenalan suara pemiliknya, walau campuran suara acak, direspons lewat gerakan telinga dan kepala.

Penelitian terbaru yang terbit di jurnal Scientific Reports (Oktober, 2024) bahkan ditemukan, kucing peliharaan kita dapat belajar mengasosiasikan kata-kata yang kita gunakan untuk objek atau gambar tertentu. Dan menariknya, mereka mempelajari hal itu lebih cepat daripada bayi.

Dikutip dari Catster, meski kucing dapat mengenali namanya sendiri dan suara pemiliknya, mereka tidak mengerti bahasa manusia. Akan tetapi, kucing dapat mempelajari lebih dari satu kata. Mereka belajar menganggapi bunyi kata dan konsekuensinya dengan cara yang sama seperti mereka belajar menanggapi bunyi pintu kulkas atau kaleng makanan yang dibuka.

Selain itu, dalam penelitian yang diterbitkan International Journal of Environmental Research and Public Health (2022) yang mengamati 1.800 pemilik kucing di Belanda ditemukan, setengah dari mereka mengatakan kucing peliharaannya adalah keluarga. Satu dari tiga peserta penelitian menganggap kucing mereka sebagai anak atau sahabat. Lantas apa pengaruhnya memelihara kucing bagi kesehatan?

Apa dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental?

Menurut profesor madya di School of Animal and Veterinary Science, University of Adelaide, Susan Hazel dalam the Conversation, seseorang yang memelihara kucing memiliki risiko meninggal yang lebih rendah akibat penyakit kardiovaskular, seperti stroke atau penyakit jantung.

Namun, masalahnya, meski orang yang memelihara kucing punya risiko meninggal lebih rendah karena penyakit kardiovaskular, tetapi tidak bisa dipastikan kucing adalah penyebabnya. Di samping itu, menurut Hazel, memelihara kucing juga dikaitkan dengan beberapa perubahan positif pada mikrobiota usus, terutama pada perempuan, seperti peningkatan kontrol glukosa darah dan berkurangnya peradangan.

Kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan memelihara kucing. Menurut Hazel, menepuk atau bermain dengan kucing terbukti bisa mengurangi gejala depresi. Walaupun hal itu dilakukan dalam jangka waktu pendek.

Apa dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental?

Akan tetapi, kucing dapat menyebabkan alergi. Hazel menulis, saat kucing menjilati bulunya, air liurnya akan menghasilkan alergen. Ketika bulu dan serpihan kulitnya rontok, maka itu dapat memicu reaksi alergi.

Walau kucing dapat memicu reaksi alergi, kata Hazel, ada pula bukti kalau kontak dengan kucing dapat berperan protektif dalam mencegah munculnya asma dan reaksi alergi. Penyebabnya, paparan bisa mengubah sistem kekebalan tubuh, sehingga kecil kemungkinan reaksi alergi akan terjadi.

Masalah kesehatan lainnya, kucing dapat membawa penyakit zoonosis, yakni infeksi yang menyebar dari hewan ke manusia. Mereka adalah inang utama toksoplasmosis, yakni parasit yang dikeluarkan melalui kotoran yang dapat menyerang mamalia lain, termasuk manusia.

Parasit ini, kata Hazel, lebih mungkin dibawa kucing liar daripada kucing peliharaan. Mayoritas orang mengalami gejala ringan, yang mirip dengan flu. Namun, infeksi selama kehamilan bisa menyebabkan keguguran atau mengakibatkan masalah pada bayi, termasuk kebutaan dan kejang. Perempuan hamil dan orang dengan kekebalan tubuh yang rendah merupakan yang paling berisiko.

Kucing, menurut Hazel, juga membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Terutama jika seseorang sudah terlalu dekat dengan kucing peliharaan mereka. Hal ini terjadi jika kucing peliharaan sakit, beban merawatnya bakal berdampak pada kesehatan mental.

“Dalam penelitian kami terhadap pemilik kucing yang menderita epilepsi, sekitar sepertiganya mengalami beban klinis sebagai pengasuh yang kemungkinan mengganggu fungsi mereka sehari-hari,” tulis Hazel.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan